ANTOLOGI
DERU HARI
MANUSIA BERGELUT MENGISI MASA DAN KEINGINAN TIDAK SUDAH
KANDUNGAN
1 .KELAHIRAN
2 .MENYONGSONG HARAPAN
3 .CEBISAN PERJALANAN DIRI
4 .CATATAN PERJALANAN
5 .PESONA
6 .INGATAN
7 .PUISI MUSIM SEMI
8 .DIBAWA CORONG TAKBIR
9 .BAHASA RASA BANGSA
10 .SEORANG KEMBARA
11 .MUSAFIR
12 .PEPOHON BATU
13 .CATATAN HARI
14 .SEDIKIT DARI PERJALANAN DIRI
15 .POTRET LUSUH SEBUAH PANTAI
16 .CERMIN PERIBADI SENDIRI
17 .SEORANG BANGSAWAN
18 .KEPESATAN
19 .PUISI BUAT DR MAHATHIR MOHAMMAD
20 .MENGAPAI TANGAN PERSUDARAAN RUMPUN
21 .YANG BUKAN
22 .TIKA HARI DUDUK DI SISI
23 .MANUSIA AFGHAN
24 .SEORANG PENYAIR
25 .MANUSIA MELAYU
26 .DETIK DALAM DETAK
27 .GEMILANG DUA RAYA
28 .PUISI BUAT SYAMSURIA.T
29 .PUSARA DI PAGI SYAWAL
30 .PUSARA II
31 .TANGAN HAKIKAT
32 .NAFAS HARAPAN
33 .MIMPI SEORANG UMAT
34 .POTRET MANUSIA INDONESIA DARI MEDIA MASSA
35 .DETAK HATI
36 .ANGIN MUSIM SEMI
37 .TERBENTRUK KENANGAN
38 .MUSIM PUN BERANGKAT
39 .DARI CATATAN HARI
40 .SUARA RAMADHAN
41 .BAHASA JIWANYA BANGSA
42 .MANUSIA DAN ISLAM
43 .DARI SEBUAH WARUNG SASTERA
44 .LERAIAN KATA
45 .TERGOPOH-GAPAH
46 .CELARU
47 .HIDUP
48 .ANGIN KERINDUAN
49 .IMBAUWAN SEJARAH
50 .SEKADAR KATA
51 .CATATAN RASA DI ATAS MASA
52 .MARUAH SEBUAH BANGSA
53 .DETAK HATI
54 .DETAK HATI II
55 .LUAHAN
56 .TELUSUR
UTUH KARYA JAYA
KELAHIRAN
Sekian waktu
Kita langkahi hari tanpa detak hati
Sekadar merenung mentari
Berahi
Dengan tangan terketar
Penuh Tanya
Jauh dari tunduk
Mengutip kelikir makna di sepanjang jalan kehidupan
Jalan yang sekian banyaknya kata tidak terungkap makna
Walau sekadar desir keinsafan
Sekadar menghitung akan warna-warni harapan
Yang tidak akan mampat
Di perdu hati
Inilah jalan masa
Mendodoi sekian sedar
Dan jati diri
Hanya kala menyapa kerinduan ramadhan
Kita cuba menemukan carik peribadi
Menadah tangan keampunan
Semungkinnya
Kembali melahirkn dunia baru dalam diri
Di syawal suci
Dan sisa-sisa kehidupan
Cuba di simpan untuk tidak dikatakan lagi
Utuh Karya Jaya
28/01/96
Kuala Biah,Keningau
MENYONGSONG HARAPAN
Tidak ada apa yang ada
Semua telah terhurai
Dalam warna rasa
Pada setiap kerdipan waktu
Sesekali kuungkapkan juga
Dengan susah paya mengunya puisi
Tapi malah jadi bahan lelucon
Warna hari ceria
Mendokong langit biru
Menyongsong diantaranya
Harapan dalam bait-bait detas kata
Setiap kali semua menjeling
Menyorokkan senyuman
Mahu tidak mahu
Ku-kunya hakikat
Meskipun cukup kelat
Ku-telan hasrat
Walaupun teramat keras
Musim tumbuh menjadi madu di taman impian
Utuh Karya Jaya
6-8/2/96
Kuala Biah,Keningau
CEBISAN PERJALANAN DIRI
Kota ini
Kepalsuan sebuah harapan
Kita mendonggak menjilat telapak kaki
Keegohan manusianya
Tidak berbudi
Punya duit
Punya suara
Kota ini
Sempurnanya sebuah igauan
Janji menjadi madu bibir-bibir boneka
Merangkak di antaranya
Kepalsuan kata dan rasa
Kota ini
Menunda berjuta rindu
Pada santu pekerti
Kita terus membilang
Detik curiga
Dengan penuh prasangkah
Utuh Karya Jaya
3/3/96
Taman Kepayan,
Kepayan, Sabah
CATATAN PERJALANAN
Perjalanan diri
Dari sudut rasa ke perdu fakir
Menyelami citra adanya diri
Waktu cemarah menongkah langit
Kemudian terus menujah lautan
Dengan pilihan kesamaran
Mempertaruhkan apa yang tergenggam
Satu-satunya kelangsungan hidup
Terpaksa di fikirkan
kekadang
Dunia ku-tangkap lagi suara batinmu
Pada perjalanan ini
Menyusut curiga
Tidak meleraikan lagi kekusutan manusiawi
Namun adanya hakikat
Kekadang harus akur
Meskipun terus terpinggir
Utuh Karya Jaya
Center Point,Sabah
PESONA
Ah…!
Saat bebayang wajahmu menemplak bebola mataku
Aku terpingga mencari arahnya masa
Yang mengalir menjejak rasa
Ingin sekali aku anyam awan
Menjadi atap penantian
Mengimpal kata
Memula baitnya
Namun kau masih tertunduk
Menghafal rempah ratus kehidupan
Pada patah kata dari maktab yang kau tatap
Kerudung kuningmu
Mencecah kelangit hati
Membisikan seribu erti
Dari lubuk makna
Lantas melorek warna rasa
Ah…!
Seulas senyummu
Cukup mendesak tanya
Di mana harusku mulakan keakraban ini
Lalu tiba-tiba masa
Membiarkan persoalan ini berlegar di benaku cuma
Sebelum sempatku putuskan
Hanya tinggal rindu
Yang tidak terjawap
Utuh Karya Jaya
Taman Kepayan,Sabah
7/3/96
INGATAN
Al-fahtihah….
Amin.
Telah ku-susuri hari-hari kemarin
Yang rumit
Tanpa usap tangan
Peniup semangat wajah
Rasanya anak ini
Sering kehilangan arah
Bara hati
Sering menjadi arang
Di tentang seribu rintangan
Anak ini harus terus
Mengenggam mentari
Tanpa kalimah-kalimah ampuh lagi
Melangkah mandiri
Dalam keperitan hari
Dan bebayang kemarin
Sering memaksakan langit menjadi rawan
Sekadar doa tulus
Menawan kepiluan hati
Di kejauhan sana
Salam ku-kirim
Doa ku-sampaikan
Semoga rahmat Ilahi mencucuri ayah
Al-fahtihah…
Amin .
Utuh Karya Jaya
15/5/96
Taman Kepayan
Sabah
PUISI MUSIM SEMI
Hadiahkan semua keindahan !
Rambulan di atas ubun-ubun
Mesra.
Senja dalam kerinduan
Berkocak.
Fajar merenung ghaitah hari.
Ku-nantikan dengan bena terkuat
Bebintang ku rangkai
Pada sejambangan kasih
Yang tidak seekor kumbanh pun mahu menghidu
Semerbak lagu rindunya
Sekurun rasa cintanya
Ku-simpul pada degup jatung pertemuan pertama
Nyanyikan semua syair
Kemerduan semua cintaku
Mencecah dinding langit !!
Dan lukiskan semua potret cinta
Sekilas senyum itu
Memagut hariku penuh resah
Hadirkan semua cinta
Yang terpendam lama
Dalam sekian waktu pencarian
Menyembunyikan
Getar tangan hati
Kala ku hulurkan pada cinta itu
Utuh Karya Jaya
?/5/96
Taman Kepayan,
Sabah
DIBAWA CORONG TAKBIR
Mentari sujud di atas sejadah senja
Kala unggas memakluminya
Manusia masih melatah di bawa
Atasnya corong takbir
Bergema mencecah pusar bumi
Tidak terjentik pun hati
Meskipun yang di dengar
Lebih agung dari apa yang di cari
Mentari sujud
Di atas sejadah senja
Bersama segelintir manusiawi
Memakmumi imam
Utuh Karya Jaya
13/6/96
Taman Kepayan
Sabah
BAHASA RASA BANGSA
Aku tersesat
Di tengah-tengah kota
Tanah kelahiran ini
Keperibadian bangsa dilucutkan
Kebiadapn ilmu
Bagai pendatang
Terpaksa menyusaikan diri
Di tanah tumpah sendiri
Ketertipan intelek
Kata ilmuan
Disiplin ilmu
Jadi agenda
Terus di selogankan
Tetapi dimana mertabatnya
Bila sahsiah bangsa luntur
Di tangan ilmuan
Dan cendekiawan
Utuh Karya Jaya
14/6/96
Taman Kepayan,
Sabah
SEORANG KEMBARA
Betapa jauh perjalanan ini
Mengisi fajar
Semampu kudrat yang ada
Sedamai hajat di dada
Menghimpun senja
Semungkin keinsafan
Atas tapak tangan pengharapan
Derita di wajah
Terhapus rindu wudhu
Sekalipun keletihan mengejar cita
Waktu akan sujud
Mengucap syukur
Memohon keampunan
Sesungguhnya perjalanan ini
Adalah kembara sang pengembara
Yang cuma sekerdil debu jalanan
Mengharap
Terus meminta pada yang Esa
Utuh Karya Jaya
24/6/96
Taman Kepayan,
Sabah
MUSAFIR
Seusia perjalan diri
Mengisi fajar ke senja
Dengan harapan
Saban detik
Mengenggam cita
Menujuh arah pendakian jaya
Memungkinkan seribu kemungkinan tidak pasti
Fajar sidiq
Menyalam akrab keperibadian
Mengalir dari dingin bebatu tasbih
Menyirami taman kedamaian
Sebelum ku-rawat keletihan
Kala di persinggahan
Pada senja
Dengan keramahan wudhu
Menghapus semua wajah keputus-asaan
Utuh Karya Jaya
3/7/96
Taman Kepayan,
Sabah
PEPOHON BATU
Pepohon batu
Tumbuh sesubur kepesatan ekonomi
Manusia melatah di celah-celahnya
Menjejak semungkin ruang
Mencari semahu kepuasaan
Yang tidak akan sudah
Sudah
Ini rimba batu
Menyusur di celah pohonan batu
Deru debu dari corong industri
Di sini kerakusan nafsu penghuninya
Lebih ngeri dari kebuasan rimba raya
Saban waktu membahang mangsanya
Ini rimba batu
Berdiri atas liur pekat seorang PM
Mencari pelaburan di serata ceruk dunia
Di lelongnya sisi manusia
Yang tidak punya suara
Rimba batu ini
Potret kebangkitan ekonomi sebuah bangsa
Namun penghuninya sering menafikan
Pembangunan
Kemusnahannya
Dan maruah bangsa
Utuh Karya Jaya
7/7/96
Taman Kepayan,
Sabah
CATATAN HARI
Inilah kota raya
Saban hari kita
Menghidu bau tubuhnya
Hingga ada yang tidak mengenal lagi
Harum seroja di pinggir kali
Meskipun
Mengacah seribu kebencian kental
Namun ku-simpan
Sedalam mungkin
Agar tidak ku-mengertikan
Betapa keji
Kehidupan yang ingin ia berikan
Lewat jendela malam
Utuh Karya Jaya
10/7/96
Taman Kepayan,
Sabah
SEDIKIT DARI PERJALANAN DIRI
Inilah…..,
Adanya sebuah harapan
Meskipun jalan-jalan resah
Terbentang di hadapan
Dan putus asa
Membuntuti hayunan kaki
Sudahku katakan
Akanku susun huruf-huruf hari
Di atas kanvas jalan
Bertintakan peluh masin
Dalam bait kata puisi
Tanpa penghujung hari
Meskipun sekadar catatan kecil
Pada helaian hati yang terbuang
Utuh Karya Jaya
18/7/96
Taman Kepayan,
Sabah
(Borneo Mail-18/7/1996---tidak ada respon pun)
POTRET LUSUH SEBUAH PANTAI
(Tanjung Aru)
Pepohon beringgin
Menongkah senja yang tawar
Bayu menjadi hanyir
Disanggah peradaban yang di import
Ombak memukul tebing
Musim rapuh bangsa telah lama bermula
Di hela nafas berahi dua remaja
Itulah potret lusuh sebuah pantai
Penatapnya adalah pewaris wawasan
Buta teknologi
Tuli kemajuan
Menatap wacana bangsa dengan akal berahi
Di celah-celah kangkang
Akhirnya hanyut di telan arus globalisasi
Distinasi dari tangannya sendiri
Membobrokkan tatasusilan bangsa sendiri
Utuh Karya Jaya
22/7/96
Taman Kepayan,
Sabah
CERMIN PERIBADI SENDIRI
Tidakkah kita ingin berhenti barang seketika
Menghafal huruf-huruf hari
Ke dalam wajah sendiri
Daripada ghairah menghirup keinginan tidak sudah
Sekadar catatan kaki
Sepanjang gema irama kehidupan
Dan tanyakanlah kepada bulan
Tentang malam-malam kosong
Pada matahari
Tentang hari-hari sibuk
Banyak menghapuskan harum sejadah
Terus terbuai bermandikan materi
Sudikah
Walau secebis dari segunung keharmonian yang ada
Untuk anak-anak kehilangan kasih
Atau masjid-masjid yang kehilangan makmum
Utuh Karya Jaya
24/7/96
Taman Kepayan,
Sabah
(Borneo Mail—26/7/96_tidak ada respon)
SEORANG BANGSAWAN
Seorang bangsawan
Lebur dan luruhnya
Hanya pada bangsa
Kunig
Biru
Putih
Dan merah
Adalah darahnya
Tanpa gentar mengalir membasahi bumi
Demi kedaulatan
Rukun negaralah tempat bersatu
Jiwa bersyair
Mengangkat bangsanya tidak rela tercicir
Atau disingkir
Siapa pun cuba menyingkir
Utuh Karya Jaya
26/7/96
Taman Kepayan,
Sabah
(Borneo Mail—26/7/96—tidak ada respon)
KEPESATAN
Remang senja melabuhkan layar hari
Manusia merata
Mengisi lantai kota dengan tangan mulus
Masing-masing menyusuri lelorong hati
Malam bertandang
Melorek warna hati setiap penghuni kota
Tika itu
Kita mengenali kupu-kupu malam
Sewaktu siang mengangkat tabik
Kupu-kupu malam berterbangan
Mengisi lorong kota
Ke balairong lima bintang
Bangkit memuaskan kepalsuan materi
Sepesat industri wisata
Menjajah seluruh bangsa tenggara
Dunia menelusuri tenggara
Dengan gelojak liar
Tenggara terhimpun dalam sekeping kertas
Di banjiri wisatawan kehausan madu
Utuh Karya Jaya
9/8/96
Taman Kepayan.
Sabah
SAJAK BUAT DATUK SIR DR MAHATHIR
Betapun keletihan mengigit-gigit tulang
Dunia ini terjangkau dalam misi dan ambisi
Membangunkan anak-anak bangsa
Dengan leluhur peradaban tamadun timur
Mengaliri jasad
Angin nanar tertepis
Meski bertali arus cuba merosak hati anak bangsa
Buat dunia yang rakus
Tidak terhitung filsafat
Dan kalimah membantah kelekaan
Lamunan manusia
di atas cucuran keringatmu
bangsa bangkit di pentas dunia
di atas kemanusian sejagat
membela manusiawi
yang dimamah kebobrokan peribadi
hadir dalam manusia tenggara
mandiri membina bangsa
atas peradaban tulin sahsiah manusia
15 tahun bangsa mengecap keharmonian
Di bawah gagasan dan wawasan
Dan seluruh bangsa
Berdoa akan kesejahteraan
Manusia tenggara mengutus salam
Salam kasih dari bangsa
Semoga rahmat-Nya bersama selamanya
Utuh Karya Jaya
21/8/96
Taman Kepayan,
Sabah
(Utusan Borneo,Borneo Mail-13/11/96—tiada respon)
MENGAPAI TANGAN PERSAUDARAAN RUMPUN BANGSA
Kamu mengapai hari depan rumpun bangsa
Dengan ambisi
Suara mencecah angkasa
Menyusuri rongga telinga
Mengimpikan kesatuan rumpun
Dalam satu wadah persaudaraan
Dengan penyatuan bahasa
Umat melayu
Nekad dan tekad
Meniti bibir mesra
Penuh megah melafaskan kalimah melayu
Meskipun fasih mengunya asing bahasa
Lupakan saja batasan ideologi
Untuk sebuah persahabatan
Aku bangkit sebagai manusia melayu
Menelusuri masa depan
Dengan megah seorang umat melayu
Utuh Karya Jaya
18/8/96
Taman Kepayan,
Sabah
YANG BUKAN
Yang bergolak itu
Bukan gelombang
Tapi perdu fakir
Cuba menjawap semua Tanya
Yang menghembus itu
Bukan angin
Namun dunia yang menghujahkan kata-kata
Seperti yang tercatit dalam kanvas hari
Yang gemuruh itu
Bukan guruh
Tapi kata-kata yang mengalir
Dalam kehidupan
Dalam diam sebatang pena
Utuh Karya Jaya
TIKA SENJA DUDUK DI SISI
Senja
Merahnya
Merah
Tika dia yang ku-kasih duduk di sisi
Merehnya
Merah rasa membara
Jauh di sudut hati ingin menyatakan rasa
Namun keluh menyimpan resah
Merahnya
Merah
Merah darah melukis ghairah hari
Merah rindu membakar kalbu
Merah kasih menyalahkan sayang
Merah hati menangkap denyut senja
Senja
Merahnya
Merah
Semakin merah membara
Kala dia dudu di sisi
Menutup semua rongga kata
Dengan rasa silu
Kerana merehnya merah
Memiliki sebuah harapan hari-hari esok
Utuh Karya Jaya
24/9/96
Taman Kepayan,
Sabah
MANUSIA AFGHAN
Kabul itu
Inspirasi mujahid di bumi sendiri
Lambang kebangkitan umat
Keutuhan ukhuwa islamiah
Keteguhan iman
Setelah diadu-dombakan
Bagai meleraikan cengkaman zionis komunisme
Sekian musim
Mujahid mengendong senjata
Memerah keringat
Meskipun usia setahun jagung
Kerana dahagakan kedamaian
Rindukan keamanan
Dunia Afghan
Manusia mujahid
Menjadi pamphlet manusia terkucil
Kuasa veto komunisme
Sujud dipersadah umat
Kabul itu
Kini mengisi kelongsong kepuasan
Manusia Afghan di ambang kemusnahan
Menentang keperibadan sendiri
Saling ingin meraih kepuasan kuasa
Berpuak-puak
Saling mengacuhkan senjata
Berbunuhan
Kabul itu
Lembahnya Kabul
Menjadi tadahan darah kelonggaran ukhuwa islamiah
Utuh Karya Jaya
29/10/96
SEORANG PENYAIR
Akrab menyapa tangan waktu
Fakir menjalar merata
Lengan di hayun lara
Kembara mencari makna
Tanpa batas-batas bangsa
Kerana seorang penyair manusia
Manusiawi
Seorang penyair
Hatinya mencari jawap semua Tanya
Bergolak bukan gejolak
Diam namun bukan dendam
Dunia tersunting dalah detas hati
Terhujah di hujung runcing pena
Seadilnya sebagai manusia
Penyair tanpa sempadan
Seorang penyair
Tidak bergolak dengan batasan etnik
Seorang penyair
Mata hati kemanusian sejagat
Yang di mamah busuk hati sesame manusia
Utuh Karya Jaya
8/11/96
Taman Kepayan
Sabah
MANUSIA MELAYU
Manusia melayu menukang reformasi minda
Memupuk kohesi bangsa
Meskipun luka tidak manusiawi kolonis
Masih mengisi mimpi ngeri
Kumuhan dari ghairah revolusi pertanian
Ke kepesatan industri
Langsung ke kemegahan teknologi
Sekian lama menyangkal kemampuan manusia melayu
Denga seribu tangan penindasan
Manusia melayu bangkit
Menegak bangsa merdeka
Dengan ganding tangan
Membina sahsian bangsa bernegara
Meskipun seribuh cemuhan
Mengecilkan ketuanan dan keintelekan manusia melayu
Namun terus mara
Menyongsong hari-hari emas
Bumi merdeka dengan cemerlang
50 tahun setelah Malayan Union tumbang di tangan,suara dan darah
Manusia melayu
Manusia melayu terus mengorak cita
Menyongsong tahun-tahun gemilang
Buah tangan ketuanan manusia melayu
Pemimpin bangsa
Pembina tamadun baru
Manusia melayu mengharumkan sahsiahnya
Keserata ceruk dunia
Manusia melayu
Di ambang abad ke-21
Menukang reformasi
Menuju mercu negara maju
Bangsa utuh
Manusia melayu tamadun baru
Nereka teknologi sendiri
Membina industri mandiri
Utuh Karya Jaya
20-27/10/96
Taman Kepayan,Sabah
DETIK DALAM DETAK
Perlahan-lahan musim berangkat
Dalam semua gerak hati yang mungkin
Ada dengan tangan dingin
Saat gejolak rasa mula tawar
Dalam takungan fakir
Menyisip ruapan usia kemarin
Di lekuk amatan
Perlahan-lahan musim baru hadir tanpa di gesa
Dibelakangnya tersimpan cicip celah bibir
Bila menelusuri ingatan
Kepahitan hidup
Kesilapan
Mengisi kolam amatan
Sesekali diselitkan
Di celah-celah langkah
Tika menemui jalan berliku
Musim baru perlahan-lahan bercambah
Sebuah harapan indah menanti
Detas hati dari setiap degup nadi kehidupan
Sekalipun dari hati kecil
Sebatang pena tidak berguna
Utuh Karya Jaya
30/12/96
Taman Kepayan,
Sabah
GEMILANG DUA RAYA
Pagi bangkit dengan harum kemenyan
Himpunan doa tercantum dalam kata-kata tidak terlafas
Anak-anak Tionghua menadah tangan ang pau
Dari dapur
Harum kuih
Menghimpun keriangan perayaan
Kuih bulan enak di telan rasa
Menyusun megah ingatan
Keagungan sejarah nenek moyang
Jiran sebelah
Membakar lemang
Memasak ketupat dari semalam
Penat lelah terubat seketika
Harum dodol mencecah ke lubuk kalbu
Meriahnya adilfitri
Dalam riang-ria kanak-kanak
Melukis cerian suasana
Yang tua membanting keringat
Megembeling tenaga
Menyediakan persediaan adilfitri
Namun tidak di lupakan jiran di sebelah
Seketika menjenguk ziarah
Memesra halaman perpaduan
Mengucapkan tahniah
Menyamput perayaan
Tanda muafakat sesame warga
Dalam tangan tidak terlupa kuih-muih
Pengerat silatulrahi satu negara
Seketiak itu bekal kembali berisi
Limau mandarin dan buah
Lemang,ketupat dan kuih raya
Yang riang ria kanak-kanak
Dapat ang pau dan duit raya
Alangkah idahnya
Hidup dalam satu majmuk bangsa
Dapat merayakan dua raya
Dalam kegemilangan
Utuh Karya Jya
2/2/97
Komkar,
Kota Kinabalu.
Sabah
PUISI BUAT SYAMSURIA .T
Tika senja berlabuh pada pelabuhan rindu
Hati sepi inilah bahteranya
Dengan gejolak mengharungi lautan rindu
Di alun ombak resah
Tanpa henti-henti
Namun terus menghayun langkah
Menjejak keyakinan kasih
Tika senja berlabuh pada layar sepi
Hati gunda inilah wataknya
Dengan paya mengunya kalimah bencimu
Buah tangan hakikat
Aku akur
Salam terakhirmu
Dalam kepayahan rasa
Kepedihan masa
Namun terus menyulam rindu
Membelai kasih bersama dahulu
Dalam penantian sepi
Utuh Karya Jaya
10/1/97
Taman Kepayan,
Sabah
PUSARA DI PAGI SYAWAL
Pagi syawal
Sebening rasa keinsafan
Nisan-nisan basah dalam kesegeran ingatan sanak-saudara
Doa tulus pada tapak tangan terhimpun
Bersama surah yassin di kirim buat aruah
Semoga di cucuri rahmat yang Esa
Di limpahkan kasih_Nya
Suasana terlukis genangan air mata
Anak-anak kecil gembira
Dalam dakapan ayah-bonda
Merasakan suasana adilfitri
Yang terpaut adalah maut tanpa tarikh
Yang terjentik adalah detak tanpa puja-puji pada_Nya
Air mata di pusara
Sebening pagi syawal
Sesayu hati rindu
Mengangkat keinsafan
Di celah-celah nisan berceracak
Utuh Karya Jaya
12/2/97
Komkar
Sabah
PUSARA II
Pagi syawal
Terlalu asing keperibadian
Sekalipun sekadar merenjis air mawar
Ke atas nisan
Surah yasin kelt di hujung lidah
Kerana kesempurnaan diri belum terjalin
Terpaksa menanggung hajat
Membiarkan pusara aruah hangat di bawah matahari
Setelah merumput
Terpaksa juga aku akui
Betapa ahirnya diri
Terlalu jauh dari tangan iman
Di hadapan teman-teman
Saat air mawar di renjis
Disebelah pusara
Aku mulakan dengan dada terbuka kosong
Memohon rahmat dan berkat Ilahi
Buat aruah
Semampuku
Ku serahkan peda keredhaan_Nya
Utuh Karya Jaya
14/2/97
Komkar,
Sabah
TANGAN HAKIKAT
Terkilanku bukan tidak bertempat
Bila kasih pergi tanpa sebab
Membiarkan aku tertanya
Dalam kepedihan masa
Kekecewaanku bukan dibuat-buat
Bila kasih kau perdua
Yang tinggal Cuma kebencianmu
Lantaran aku kembara tidak punya
Dulu pernah
Kita menjejak harapan bersama
Menepis segala tomahan
Dan duri-duri jalanan
Menjadi pengubat kesetian
Namun kini kau tinggaklan aku
Dengan sebening kasih suci
Kerana segunung janji tidakkan pasti
Apa yang aku ada
Selama ini ternyata cuma perhentian kasihmu
Kala kau kesepian
Dan tidak punya apa-apa
Namun segalanya kini hrus aku relakan
Sejujurnya meskipun hati terluka
Utuh Karya Jaya
12/2/97
Komkar,
Sabah
NAFAS HARAPAN
(Buat Mel)
Kita mencari dalam kesamaran rasa
Kerana inginkan kesamaan kata
Menghimpun semua harapan di atas jejak kemarin
Yang sering di selang-selihkan ketidak-setiaan
Seadanya kita cuba
Menghulurkan manka
Di atas kata-kata biasa
Tanpa di gesa rasa
Sekalipun jauh di lubuk hati
Tersimpan penuh impian
Saat harapan di hulur
Kita menjejak keperibadian sendiri
Sebelum jauh menyatakan ikatan kasih
Utuh Karya Jaya
14/3/97
Komkar,
Sabah
MIMPI SEORANG UMAT
Apa sebenarnya yang kita nantikan
Apakah burung Ababil yang akan memusnahkan rejim zionis
Dengan bebatunya
Dari suara kepalsuan seorang muslim
Penyodok buta ideologi budaya barat
Atau menadah tangan mulus
Sepanjang malam pekat
Dengan kepura-puraan iman
Mengharapkan Gamal Abdel Nasser bangkit menyatukan bangsa arab
Saat Muammar El-Qaddafi di singkirkan
Kerana kekebalannya dari kepalsuan barat
Atau Ayatullah Khomeini
Menjelma membangunkan maruah umat
Segah Republik Islam Iran
Buah tangannya
Yang bangkit dari harapan palsu Dinasti Pahlevi Shah Mohammad Reza Pahlevi
Dan kehancuran dari boneka barat
Gholam Reza Azhari
Kita sebenarnya terpaksa menghamilkan seorang K.Mohandas Ghandi
Atau meminjam tangan sejarahnya
Menerima seadanya kerja tangan umat
Untuk tidak menjadi bacul
Mengganyang saudara sendiri di atas telunjuk barat
Sakalipun tidaj sehebat Sallehuddin Al-Ayubi
Hassan Al-Bana
Atau sayid Quitb
Dari memandang saudara sendiri di bunuh
Dalam putar belit manusia hipokrasi barat
Dengan hati bacul dan kecut seorang umat
Tidakkah ianya lebih baik
Utuh Karya Jaya
13/3/97
Komkar.
Sabah
POTRET MANUSIA INDONESIA DARI MASSA
Dingin pagi yang menjamah tubuh
Membiarkan titis embun
Tergantung di hujung rumput
Di atas pusarah ayah
Sebelum ku cabut dengan tangan mulus
Seorang anak yang buta sejarah ayahnya
Saatku tatap potret ingatan di atas nisan
Segerahku kenal
Pusara seorang lefthenan komando
Seorang pejuang yang terbuang
Mendesakku mengenali manusia Indonesia
Di kota ini
Tumbuh gang-gang Indonesia
Sesubur limpahan ekonomi
Semua memerah keringat
Untuk membayar cukai perburuhan negara sendiri
Dan negara orang
Jauh di desa rindu kelahiran
Gang-gangnya tetap saja di penuhi anak-anak kurang gisi
Telanjang berlari-lari tanpa pendidikan
Tidak kenal apa makna pembagunan
Dan kala mereka di ungkil balikkan
Oleh majikan-majikan rakus
Indonesianya hanya menanyakan cukai perburuhaan
Untuk ongkos pestaan para pembesar gedek-gedek
Meskipun tubuh mereka di hiris pisau masa
Aku kenal manusia Indonesia kini
Dari pena seorang Rendra
Jelata merata tanah tumpahnya
Dengan rangkah tertera didada
Gisi mereka memenuhi
Perut-perut buncit politikus
Aku kenal manusia Indonesia
Dari nyanyai sunyi seorang bisu Pramoedya Ananta Teor
Wira-wira jelata di cop komunis
Lantaran tidak mengikut telunjuk politik pemerintah
Aku meninjau ke dalam Indonesia
Dari ribuan buruh TKI
Berpusuh-pusuh mencari sesuap kehidupan
Yang tidak dapat di sediakan oleh pemerintah
Aku kenal Indonesia sebagai tanah-tumpah ayanda
Lebih jauh dari seniman bobotan pemerintah
Namun aku kagum
Meskipun sengsara di perah darah
Indinesia mereka tetap membara
Kalau terjentik Indonesia
Ke ceruk manapun
Sederita manapun
Indonesianya terpahat utuh dalam lubuh hati
Tetap menyanjujg buta politikusnya
Sekalipun seumpama ayanda
Terlupakan
Meskipun manis kemerdekaan
Di sisip rakus oleh orang-orang besar
Sekalipun mereka tidak kenal perit dan deritanya menuntuk kemerekaan
Membangun maruah bangsa terjajah
Dengan imbalan darah dan nyawa
Tanpa apa-apa imbalan
Utuh Karya Jaya
13/3/97
Komkar,
Sabah
DETAK HATI
Aku membina harapan
Dari luka duka kehidupan
Aku menghulurkan impian
Dari cita masa depan
Semua badai aku terjah
Dalam resah perjalanan panjang
Aku harus bangun
Sekalipun dari caci maki manusia berwang
Aku harus berjuang kebebasan budaya yang terjajah
Dengan rela terkorban
Demi mertabat jati diri bangsa
Dari nilai sejati kebangsaan
Apa yang kita miliki selain jati diri
Mesti tidak lekang dek kemajuan
Tidak luntur dek zaman
Utuh Karya Jaya
26/3/97
Komkar
Sabah
ANGIN MUSIM SEMI
Aku biarkan angin petang menjentik kalbu
Melepaskan gemuruh rasaku
Di hadapan masa
Aku biarkan angin musim
Mengusir raut luka malam
Ku-cuba merakit harapan dari kerdip matahari
Perlahan-lahan harapan aku pacakkan
Dalam detas hati
Mengungkapkan rasa dalam resah masa
Sesudahnya gemuruh rasa menjebak
Tangan keakraban yang cuba ku-hulurkan
Aku cuba juga merawat harapan
Meraut keyakinan
Dibalik kesamaran sekeping hati
Utuh Karya Jaya
16/4/97
Taman Kepayan
Sabah
TERBENTERUK KENANGAN
(SARIMAH MAHADI)
Tiba-tiba kenangan membenteruk
Saatku tatap potret palsu gemerlapan bintang
Dengan desus nafas lesuh
Aku mengatur langkah longlai
Memijak lantai hakikat
Angina hanyir menerpa dari luar jendela
Tergesa-gesa
Membiarkan mata jijik menjeling kearahku
Sambil menutup hidung
Aku tetap aku saja menyusuri helaian kenangan
Hidup di kemuncak rasa
Terlambung-lambung gelojak kasih
Aku terlupa menyembunyikan
Tanpal celanaku
Lalu harus aku terima hakikat
Hati semua
Sekalipun kami bersama
Menuding jari manis ke bintang kejora
Memahat sepakat
Masing-masing harus menukang fajar
Hari sudahnya
Meminjam sekian fajar
Untuk memulakan hari
Sekali dan sekali lagi
Berkali
Selagi belum tercapai warna hari
Yang satu lagi
Utuh Karya Jaya
13/5/97
Taman Kepayan
Sabah
MUSIMPUN BERANGKAT
Hujan menjirus sumbu hari
Membiarkan kedinginan mengigit tulang-belulang
Melupakan masa terkepung keinginan tidak sudah
Tidak henti-hentinya ketika itu
Di atas jalan mengalir tanpa warna kedamaian hari
Dari mata yang tidak berkerdip
Di depan harapan hari yang terpadam
Ku-lepaskan semua rindu
Degup jantung yang melaju
Ku-biarkan hati terhiris sembilu
Anyaman luka sendu
Ku-angkat wajah cuma satu
Keerdilan diri meleraikan lesu
Sepanjang perjalanan waktu
Ternyata Cuma tertunggu-tunggu
Rindu bertaut satu
Angina menerawang helai harapan
Titisan hujan meleraikan hakikat
Sering aku tercicir kekuatan diri
Tika angin hujan menjirus mimpi
Sudahnya harus aku paut suara hidup sendiri
Uruh Karya Jaya
16/5/97
Taman Kepayan
Sabah
DARI CATATAN HARI
Bagai mengusir imbauan sejarah
Yang tertulis tinta darah
Dari pena tulang empat kerat
Kala menyusuri tanah kelahiran bangsa merdeka
Dengan sekian tanya di tangan
Mencari jawap
Kenapa kemerdekaan masih juga bukan milik bangsa
Kota raya ke pecan kecil
Disusuri dengan keasingan peribadi bangsa
Bahasa kelat di lidah media massa
Dewan rakyat tetap saja membisu
Yang berkuasa terus saja membatu
Di tangan sekian akta
Di atas sekian rasa
Dari dunia materi
Betapa asungnya tanah kelahiran sendiri
Jelata mula silu melafaskan kata bahasa
Bila politikus kelat berkata-kata ibunda
Jati diri sudahnya runtuh
Seperti yang tertulis di atas kertas usang
Keperibadian generasi pewaris
Utuh Karya Jaya
7/6/97
Taman Kepayan
Sabah
SUARA RAMADHAN
Ramadhan
Aku belajar menyusuri kata
Dari kehambaan diri
Dengan semua kerendahan hati manusia kerdil
Hari cuba aku hitung
Bagai usia yang gugur
Detak demi detak
Bermusim badai peribadi
Menghempas jati diri insani
Sering tidak aku kenali erti kehidupan sendiri
Jauh mengucup ubun-uun pekerti
Yang kian tidak bererti
Terhambatghairah anjakan minda
Di potret raut budaya bobrok barat
Ramadhan kembali
Menyapa mesra keinsafan
Menenun bening keimanan
Yang di kusutkan ghairah secebis pembangunan sementara
Utuh Karya Jaya
16/2/96 ke 8/6/97
Komkar,
Sabah
BAHASA JIWANYAKAH BANGSA
Bahasa jiwanyakah bangsa
Yang di usir massa
Kerana bibir boneka politikus
Melihat nilai dengan kaca mata materi
Pejuang bahasa
Terbobot dengan subsidi
Beralaskan sekian rasa dari kehidupan materi
Arus iasme perdana
Terus di telan tanpa terjentikpun rasa
Bahasa bangsa terus menagih mertabat
Yang dijanjikan masa
Dari pintu ke pintu swasta
Kerana kepalsuan hati pemimpin bangsanya
Bahasa tetap saja melarat
Di atas pertiwi sendiri
Sekadar menjadi arca rasmi
Di tengah pentas pesta ribuan manusia hipokrit
Sebelum di tepis dari bibir bangsanya
Yang ego menjulang asing kata
Utuh Karya Jaya
28/4/97
MANUSIA DAN ISLAM
Manusia terpotret pada zaman jahiliah
Nilai manusia tidak beri makna
Zaman kegelapan
Manusia sekadar haiwan di mata hati berahi
Jauh dari mengangkat mertabatnya
Sebagai makluk berfikir
Falsafah barat
Dari hati-hati tidak beralas
Aristotle menepik
“manusia itu hiwan berfikir”
Berpolitik
Dan bersosial
Sekali lagi hakikat di tepis kedaifan ilmu
Islam terbit bagai mentari
Di zaman kegelapan
Menegakkan nilai manusia
Menyemaikan naluri manusiawi
Membangunkan keharmonian rohani
Jauh mengangkat manusia
Makluk pencipta teristimewa
Dengan alam dan identiti tersendiri
Manusia dan islam
Mengaliri tubuh manusia
Sebening subuh
Sesegar pagi
Manusia sujud
Kemulian di gilap gemerlapan
Zaman jahiliah
Zaman kegelapan dunia
Manusia dan islam
Memberi lebih makna-makna
Betapa agungnya akal-fikir
Dari rohani harmonis
Sebagai manusia islam
Utuh Karya Jaya
29/6/97
Taman Kepayan
Sabah
DARI SEBUAH WARUNG SSTERA
Dari sebuah warung sastera
Berikan aku secangkir tinta
Semanis detak hari jelata
Sepekat suara masa jagat
Sesari susu asmara rindu manusiawi
Di hujung lidah cinta pusaka nenek-moyang
Juga kerangupan pena
Mengalas rasa atas lidah masa
Di celah-celah kata-kata
An keenakan bahasa
Mengisi denyut nadi minda
Apa lagi dari warung sastera
Bukan sekadar keinginan materi
Detak hati senyum penuh
Terselitkan bahasa antara lidah
Dan kelelangit keidupan
Lebih mengangkat jati diri bangsa
Mengisi kemantapan rohani dan fakir
Dari sekian kepuasaan tidak sudah
Tidak akan memuaskan material
Utuh karya Jaya
4/7/97
Komkar,
Sabah
LERAIAN KATA
Akhirnya musim semi
Yang ku-unjurkan
Luput dari kemantapan kata-kata hati
Kala sekian musim
Menghulurkan ikhlasnya harapan
Namun tidak mencecah kepingan leluhur hati
Aku teraba-raba
Mencari sinar hari
Kala tutur kata terangkai di balik kembang-kembang palsu
Madu mengalir dari bibir boneka
Menjadi teka-teki
Antara nanar hati
Akhirnya harus aku leraikan
Ikatan kata sendiri
Mengintai dari ruang sepi
Mencari sinar hari
Meskipun cuma setitis harapan
Nafas impian bersama
Tinggal cuma sebuah madah-madah indah
Di bena kewasangkaan ini
Utuh Karya Jaya
24/7/97
Komkar,
Sabah
TERGOPOH-GAPAH
Ini bukan zaman kegopohan Mustafa Kamal
Memotret pembangunan dari kanta nafsu serakah
Bercerminkan kata-kata barat yang licik
Tapi ini zaman terkini
Seharusnya terdidik maktab sejarah kebobrokan nafsu Mustafa Kamal
Yang membinasakan kerajaan Islam uthamaniah
Zaman Mustafa Kamal
Tidak perlukan Al-Quran
Singkirkan hadis
Hapuskan ulama
Kerana keegohan intelek manusia dari sebutir debu
Kurnia Maha Pencipta
Keegohan kesempurnaan diri
Menjerat wibawa waras akal
Zaman Mustafa Kamal
Hukum-hakam islam menjadi mahkam
Di dada lapang pemimpin
Kerana tidak berakal umbi umat Muhammad s.a.w
Semua syariat harus di hapuskan
Kemodenan harus di bangunkan
Dari kaca mata musuh umat
Tanggalkan semua wajah islam
Untuk menjadi ahli kelab elit barat
Sekalipun masih meninggalkan bulan sabit dan bintang pada bendera
Musuh tetap saja menganggapnya negara islam
Dalam dia menguburkan islam
Ini zman di ambang abad mencabar kemampuan
Teknologi mendarah daging
Manusia gopoh-gapah menagih pengiftirafan
Sebagai negara maju
Saat tamadun kemanusiannya di robohkan keserakahan
Manusia tidak berakar umbi
Sering hanyut dalam keperibadian sendiri kala di puji
Musuh tetap saja menganggapnya negara islam
Saat bangsa itu menghapuskan hukum-hakam tuhan
Namun pengiftirafan yang dikejar
Tidak kesampaian
Utuh Karya Jaya
7/8/97
Taman Kepayan
Sabah
CELARU
Aku biarkan gerutuh rasa
Masa melompat tidak henti-hentinya
Di perdu fakir
Jelata mula melata
Di tangan mereka tidak ada apa-apa
Melainkan garis hitam
Tinggalan zaman joget ke pop yeh-yeh
Sesetengahnya kemudian hilang kewarasn akal
Di rasuk zaman rock
Setelah belajar melakukan onar di era pop
Patinya menunaskan zaman rap
Generasi bosiah bojan
Meresap sebagai warna hari bangsa
Jati diri generasi bertenggek pada berahi akal
Berhujah dari nafas khayal
Massa tidak henti-henti menepis reality
Teknologi pula di persalahkan
Akidah yang diaibkan habis-habisan
Bila cendikiawan memacu keinginan
Mengejar waktu di atas landasan material
Utuh Karya Jaya
Perhentian bas Keningau ke K.K
Sabah
HIDUP
Mahu tidak mahu
Kita terpaksa akur
Hidup bukan satu alasan
Hidup mesti punya landasan
Hidup berkehendak batasan
Kerana hidup bukan sekadar wawasan
Hidup bukan sekadar keinginan
Hidup adalah satu harapan
Kerana hidup bukan setakat masa mendatang
Tapi hidup sekarang mengisi masa kebangkitan
Tidak ada apa yang indah
Kalau hidup sekadar memupuk keinginan
Hidup harus bermula dari kewarasan akal
Berhujah dari landasan akidah
Kerana hidup tanpa batasan akidah
Hidup seekor bintang
Utuh Karya Jaya
23/8/97
Komkar
Sabah
ANGIN KERINDUAN
Perlahan-lahan angin sore berangkat
Meninggalkan cebisan kenangan berselerakan
Terpaksa aku punjamkan waktu
Cuba merangkai makna-maknanya
Kala angina senja berpuput lembut
Titis air mata tetap terjuntai dikelopak mata
Samar-samar aku lihat raut ayah di bena ingatan
Terasa waktu membeku di perdu fakir dan hati
Angin malam yang nakal
Tidak aku sedari menjentik penghujung hari
Cubaku catit dalam kenangan
Raut ayah
Tabah membesarkan kami dalam kenanaran hati seorang majikan
Dalam kekikiran zaman kemelesetan
Kala fajar bangkit
Aku menyusun doa
Di atas tadahan tapak tangan harapan
Air mata tergenang di kelopaknya
Menitis kepangkuan
Menelusuri adanya diri
Betapa kerinduan
Sering hadir mejejak waktu-waktu bersama ayah
Ku sisipkan bersama Al –Fatihah
Utuh Karya Jaya
4/9/97
Kuala Biah,
Keningau
Sabah
WARGA ASING
MANUSIA PERBURUHAAN
Fajar bangkit
Di bawahnya
Manusia ghairah tidak henti-henti menghitung hari
Matahari dan bulan
Hapus di bena rakus
Ekonomi harus di pacu
Pembangunan di gembeling
Siapa yang akan mengangkat kampet simen
Kala burug asing yang tidak punya
Keji di lidah pemimpin
Lumat di tapak sepatu berkuasa
Tidak manusiawi manusia media massa
Kerana mereka warga asing tidak punya materi
Berkurun buruh warga asing menyuapkan kehidupan
Anak-anak watan
Yang takutkan lumpur dan debu
Hari ini anak-anak watan itu teriak
Dari masin peluh buruh warga asing
Dengan caci maki
hayunan belantan
dan
Pena massa tajam terhunus
Semua kehinaan milik buruh warga asing tidak punya
Setelah puas
Terlupa di catat masin peluh mereka
Oleh pene media massa
Betapa buruh-buruh warga asing
Sekian lama menyuapkan kehidupan nenek,ibu bapa mereka
Hingga saat ini tetap saja meronta
Dengan kemanusian
Dan tamadun yang hilang
Utuh Karya Jaya
4/9/97
Kuala Biah,Keningau,
Sabah
SEKADAR KATA-KATA
Suara cangkerik mengisi bena
Kala segenap pandangan di isi gemerlapan rambulan
Kemilaunya melompat-lompat
Dari detak ke detik masa aku tatang dengan pilu kenangan
Aku biarkan tapak kaki
Menapaki bena
Saat rasa mengalir
Dalam denyut nadi sepi
Kenangan menjuntaikan tabir masa perit
Yang tidak mampu aku hitung helaiannya
Betapa rambulan tersenyum padaku
Tetap saja air liur kalat dan pahit
Mengisi rongga pengalaman
Di atas lidah waktu
Ku kutip semua kengan
Meskipun hempedu hati cair menjadi darah
Dengan tangan gemetar dari yang termampu
Kekosongan
Seakan musim
Masih merantai dalam keresahan panjang
Utuh Karya Jaya
(CITRA PENA RASA)
14/9/97
Kuala Biah,keningau
Sabah
CATATAN MASA ATAS RASA
Bangsa tegak dari keringat dan cita jelata
Namun masa merintih dipanggung kemanusian
Terpijak kuasa sedetik penguasa
Pemimpin menyedut nafas hari
Dari degup jantung jelata
Dengan masin peluh
Namun saat seakan tidak berdetak
Mata masa tidak berkerdip
Tika tangan kaki
Sebuah bangsa dipatahkan
Sepatu seorang jaga
Bangsa yang di jatahkan penuh wasangkah
Akhirnya di sulap undang-undang kebusukan hati
Bangsanya tetap saja bertanyakan cukai perburuhan
Kala tenaga kerja eksportnya menghitung denyut nadi
Teramat paya
Jelata memerah keringat
Membina bangsanya kemercu ekonomi
Politikus tetap saja merasa selesa
Menghirup peluh darah jelata
Dengan tangan terbuka mulus
Namun masa merintih
Mencatit sekian banyak aniyaya
Sebuah bangsa tidak punya
Utuh Karya Jaya
(CITRA PENA RASA)
Kuala Biah,Keningau
Sabah
MARUAH SEBUAH BANGSA
Dimanakah maruah sebuah bangsa
Kala jelata merintih di perah darahnya
Oleh majikan
Mereka anak waris dari pejuang
Yang pernah meraut bambu runcing
Tumbuh mekar di tanah sendiri
Tangan mereka mulus
Mesti bena mereka terus keringat
Ingin mengisi usia sebagai pewari tanah kemerdekaan
Politikus tetap saja berpesta-ria di dalam istana
Diluar jutaan jelata
Kelaparan tidak ada pekerjaan
Anak-anak kecil mengalas hidup
Dengan apa saja
Bukan dengan pena dan kertas
Mereka bergaul
Tapi mereka tetap saja harus menyuapi mulut politikus
Dan menghiasi majlis-majlis besar
Sekalipun terpaksa memerah keringat darah
Membiarka anak-anak lari telanjangan
Dengan kerangkah tubuh di dada
Kala politikus bersyarah tentang kebaikan jelata
Jelata meminta-minta kerja di negara orang
Yang tidak dapat di tunaikan politikus tikus
Yang di pilih kabus semasa pemilu
Berpusuh mereka ke negara tetangga memenuhi gisi keluarga
Dengan harus membayar untuk kewajipan pemerintah yang tidak tertunai
Dengan cukup mahal
Sekaligus membina ekonomi bangsa orang lain
Di celah-celah caci-maki mereka
Puluhan tahun mereka memerah keringat
Menyuap anak isteri di kampung halaman
Dan menghiasi mimbar pidato politikus
Kala pemimpin bersuara tentang kebajikan jelata
Dan maruah bangsa
Jelata di tindas tanpa pembelaan
Pesta tetap saja di teruskanantara suara biduan di pentas pestaan
Suara jelata meraung di lumat belantan penguasa di rantau
Sebagai tenaga kerja yang membayar cukai perburuhaan dan visa
Antara bendera dua warna
Maruah bangsa mengalir lantai kota
Ke kongsi-kongsi usang
Yang hanyir dan berdebu
Pesta tetap saja di teruskan
Okestera terus memainkan lagu puja-puji
Pidato tetap membakar telingga media massa
Dan dada-dada jelata yang dungu
Tentang kebijakan
Kebajikan dan kebajigan
Namun tidak terjawap persoalan di dunia sini
Bila jelatanya bermandi dara dengan sepatuh dan belantan
Seoang jaga majikannya
Tanpa apa-apa kesalahan
Hanya kerana ianya bangsa Indonesia
Utuh Karya Jaya
15/9/97
Kuala Biah,Keningau
Sabah
Satu kejadian sekita bulan September 1997 di daerah keningau merupakan kemuncak tidak manusiawi dari sekian banyak kejadian terhadap tenaga kerja Indonesia yang punya dokumen lengkap dibelasah oleh jaga syarikat kilang kayu lapis tanpa apa-apa sebab dan alas an munsabah di hadapan pintu pagar kilang dan pondok jaga sehingga berdarah.Alasan mereka bila di panggil dia tidak berhenti(kalau tidak silap saya)terus di pukul oleh para jaga dan pekerja sesuku dengan jaga, kerana dia buruh Indonesia.Banyak kejadian kecil seperti di bogelkan tetapi peristiwa ini paling teruk>hairannya walau pun kilang ini mengunakan hamper 70% TKI tetapi tidak pernah wakil konsol datang melayat.adalah lebih baik setiap daerah di mana ramai tenaga kerja Indonesia di tempatkan wakil konsol yang tidak rasuah dan bisa berhubung terus dengan Persiden untuk melaporkan permasalahan mereka.atau satu jawatan khusus di bawah kendalian persiden di adakan.Rasanya kos cukai tenaga kerja yang kerajaan Indonesia ambil dari TKI selama berpuluh tahun lebih dari cukup menampung cadangan saya ini.Jagan cukainya di tanyakan tetapi kebajikan TKI tidak pernah di perdulikan oleh wakil baba persiden selama ini.Terutama pegawai konsulat Indonesia di Sabah dan Malaysia umumnya.Pendapatan dari pengeksportan tenaga kerja Indonesia tidak pernah di umumkan walhal mereka juga penyumbang utama kepada pendapatan negara .
DETAK HATI
Ku-rangkai suara cangkerik
Masa melompat-lompat dari detak resah ke detik rasa
Ku-anyaman juga senyuman malam
Betapa hodohnya tanpa kerdip matamu
Aku bagai menjeling hari
Dengan resah luka di dada tanpa rasa
Sebelum jar bangkit
Aku tersentak di cecelah
Malam hodoh sebelumnya
Menganyam pengertian dan resah rindu
Yang menujahi fakir
Kerdip matahari mengimbasi diri
Bagai tersesat dalam peribadi
Kala suara semakin menjangkau ke mimpi sana
Membiarkanku menelaan pengertian
Betapa peritnya meleraikan kekusutan rindu
Utuh Karya Jaya
3/10/97
Taman Kepayan
Sabah
DETAK HATI II
Sunyi malam meresapi sepi hati
Suara jengkerik menyulam bening rasa
Sejernih embun pagi
Malam tetap membungkam
Menakung resah hari tadi
Di cecelah senyuman
aku cuba mengisi harapan
Dalam denyut hatimu
Kanvas malam melayari impian
Sebening wajah ayumu
Betapa jauh malam merangkak
Namun aku masih tetap memotret wajahmu
Mendengar denyut hati
Menyulam sekian kata tidak terungkap di hadapanmu
Malam tetap berlayar
Bena menakung suara rasa
Menyulam kalimah
Cuba merangkai makna dari detak hati paling dalam
Menyapa keakraban budi
Utuh Karya Jaya
9/11/97
Taman Kepayan
Sabah
LUAHAN
Bayu nakal fajar menguis-nguis ingatan
Saatku salami dasaran matamu
Kelambutan dan keramahan bayu
Ku-potret pada wajahmu
Kasihku terpaut
Keramahannya merisik sekian rindu di dada
Saat aku susuri renung matamu
Aku mengharungi badai kasih
Melandai
Mendalam
Aku tersebat dalam rindu hebat
Ingin memetik kasihmu
Milik berabad
Utuh Karya Jaya
6/12/97
Komkar
Sabah
TELUSUR
Mungkin kita kembali menyapa salam silatulrahim
Ke dalam peribadi
Sekalipun sudahnya melonggokkan rindu
Teramat perit
Bersama ingatan-ingatan sanak-saudara
Dan pusara ayanda
Mungkin saja kita kembali
Menyusuri jati diri
Dan peradaban sendiri
Sekalipun bakal terjebak
Jauh dari mengenal diri sendiri
Betapa jauh perjalanan di rempuh
Tidak pernah pun menoleh meminjam waktu
Hingga kita umpama bunga rerumputan
Menjauh tumbuh dari padang sendiri
Rangkai kelopaknya hilang
Tidak terjejak waktu
Utuh Karya Jaya
28/12/97
Komkar
Sabah
(Acara Pancaran Sastera RRI Pontianak—14/12/98)