Manusia Perburuhan |
Dari 38 sajak ini, saya pilih dan kumpulkan dengan sajak saya yang saya tulis sekitar tahun 2005 ke 2006.Ianya menjadi 42 sajak semuanya.Selebihnya yang agak kritis saya simpan untuk antologi Imigrasi.Kebanyakan sajak tambahan dari antologi ini yang asal saya tulis menjelang saya kembali ke Nunukan kerana urusan tidak dapat dielakkan.Ianya semua atas dorogan isteri saya tika itu.Tapi saya juga akan tetap menyudahkan antologi Imigrasi saya.
Dan seperti biasanya saya suka menulis mengikut panorama yang berlaku di hadapan saya.Sering mentranformasikannya dalam apapun bentuk ,baik politik,sosial dan kehidupan.Ada yang dapat saya rakamkan lewat potret tapi banyak yang saya tangkap dalam memori sahaja.Saya tidak memiliki kamera tika itu sekalipun idea saya lahir dari panorama.Jadinya banyak sajak dalam antologi ini tidak berlatar belakang foto.Contohnya masa di Nunukan banyak sekali panorama yang memberikan ilham tetapi bila pulang ke Sabah,isteri terdelete foto yang terkait langsung dengan sajak tertentu.Malahan seluruh foto saya hilang.
Di harap saja antologi ini akan mendorong saya melakukan perkara yang sama kepada antologi saya yang lainya.Agar dapat di nikmati oleh seluruh khyalak sastera .sekaligus melihat ke dalam jadi diri saya dan semua erti kehidupan ini..
O Penulis
Xxxxx xxxxx
O Penerbit
Utuh Mass Media Sdn.Bhd.
Tarik Cetakan Terkini
Belum pernah
Penyebaran Awal Mac 2009
Hakcipta terjamin.Adalah di benarkan mencetak atau mengeluar ulang mana-mana bahagian artikel,ilustrasi,foto dan isi kandungan buku ini dalam apa juga bentuk dan dengan apa cara sekalipun,sama ada elektronik,fotokopi,mekanik,rakaman,ataupun cara lain selagi ianya bermanafaat untuk umum dan masyrakat sastera selagi tidak menyembunyikan,menghapus atau meminggirkan atau apa saja seumpamanya terhadap sumber , nama penulis dan penerbit,Utuh Mass Media Sdn.Bhd dan nama pena penulis Utuh Karya jaya.
O Dicetak Oleh:
Pencetakan xxxxx Sdn.Bhd.
UTUH KARYA JAYA
Semacam ada satu keserasian dan ingatan kukuh dalam diri waktu aku memijakkan kaki ke bumi Indonesia,terutama sekali tentang ayah dan ibu.Aku membesar dengan cerita ayah zaman perang dari mula sehingga ke zaman kemerdekaan Indonesia.Aku melihat wajah kental ayah dan ibu membesarkan kami dengan keperitan hidup sebagai keluarga perburuhan imigrasi.Makan sekali dalam 24 jam berlaukan garam.Aku ingat benar itu.Sekalipun ayah tidak dapat mengulangi cerita zaman pendudukan penjajah lagi tetapi aku masih bangga dengan keringat dan darah ayah, Indonesia mengecap kemeredekaan hari ini.Semua jadi bebas merdeka tapi yang jelas ayah dan ibu masih juga keluarga perburuhan imigrasi yang tidak punya apa-apa.
Saya sebagai anak cuma mampu mencatatan kenangan-kenangan yang masih dapat di ingati.Dan meneruskan kehidupan sebagai manusia perburuhan imigrasi.Tapi aku amat bersyukur memiliki Indonesia sebagai keperibadianku semula setelah sejak sekian lama terumbang-ambing tanpa identiti.Sekalipun aku melihat ayah dan ibu tersisi sekalipun pernah mengadai nyawa demi kemerdekaan Indonesia yang hari ini di nikmati santai oleh seluruh warga Indonesia.Tapi Keluarga ayah masih terus berperang sengit dengan kemiskinan sebagai manusia perburuhan Imigrasi.
Moga saja antologi ini dapat membuka jalan kepada pengemar sastera di Indonesia mahupun di mana saja untuk berani melihat kedalam jiwa kami sebagai anak Indonesia yang terluka namun tetap saja cinta.Terutama sekali dalam genre sajak.Kerana nyatanya ayah sendiri tidak pernah mengeluh atau berperasangka terhadap bangsanya sekalipun hakikatnya ia terbiar sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia
Cetakan.
Pencetakan xxxxx Sdn.Bhd.
Antologi ini aku titipkan untuk manusia yang masih utuh kemanusiannya.Penikmat
Karya-karya sastera seantario dunia.
Buat ayah dan ibu,aku menjadi gagah dalam kedaifan ini dengan asuhanmu.
Abang dan adik kamu tetap saja melihat aku sekalipun aku saudaramu paling bajingan.
Bagi pencinta keadilan nikmatilah karya saya ini yang tidak seadanya sebagai luahan ikhlas saya melukis lingkungan lewat foto.sekalipun sesetengah foto hilang dari simpanan saya sekaligus dalam antologi ini
Di lain kesempatan kita akan bertemu dengan antologi saya yang lain.Terutama antologi Imigrasi .Dan lain-lain antologi dalam simpanan saya selama ini.Dengan harapan manusia seniman dapat kelukiskan perit kehidupan anak manusia di sudut tersisi ini.Pelukis zaman yang kerdil ini.
Salam sayang buat semua
Utuh Karya Jaya
Isteriu;
Akhirnya aku harus menyusup pulang.sekalipun tidak pernah aku selami jati diri Indonesia itu sendiri.Selama ini aku cuma manusia lumpuh menulis sajak berkarya dan memugar hutan,semak dan memyubur tanaman tidak dapat melihat jauh kehadapan.Tapi tuhan sebenarnya pemilik segala rencana dan kejadian,denganmu isteriku,aku cuba bangun semula mencari jati diri dalam karya-karya yang selama ini aku biarkan.Dengan kekuatan itu jugalah aku berani untuk kembali melihat manusia Indonesia dalam diri ayah dan menjadi sebahagianya.Setelah separuh abad usiaku terlepas dari genggamanku sendiri.Kekuatan yang membuat aku semangat menulis walapun sakuku tidak pernah cukup wang untuk keluarga kita melainkan bantuanmu.
Ayahanda;
Aku masih anakmu yang nakal,ingin melihat dunia dengan kata dan pena.Tidak pernah mengalah untuk berhenti sekolah sekalipun alam persekolahan sejak dahulu melemprkannya jauh-jauh.Tapi dunia milik tuhan ini menyediakannya kursi alam persekolahan yang sempurna.
Bonda;
Aku membesar dengan kasih sayang ibu,dengan kemiskinan sebagai manusia perantau.Namun mungkin saja anak ini gagal kerana pada usia ini anak ini belum mampu memberikan harapan baru untuk ibu.Aku tidak akan pernah lupa semua pengorbanan ibu hanya tuhan saja yang dapat membalasnya.
Semua ahli keluargaku,keyakinan semua membuat aku mampu untuk terus bertahan di hambat kepayahan hidup.
Utuh Karya Jaya
Rumah Isteri Putatan,
Kota Kinabalu,
Sabah, Malaysia.
Utuh Karya Jaya
Aku membesar dengan manusia Indonesia yang gagah di sekitarku.Dari kecil aku menghidup baunya,bercakap dan melihat banyak gang-gang Indonesia tumbuh pinggir-pinggir kota ke ladang-ladang ribuan hektar semua membangunkan bangsa orang kerana sesuap kehidupan untuk keluarga di kampung.Aku menyaksikan sosok manusia Indonesia yang tekun,rajin dan terus berusaha tanpa lelah.Semua itu membuat aku rindu untuk melihat kedalam Indonesia itu sendiri.Mudah-mudahan saya dapat menyusuri Indonesia suatu waktu nanti.
Waktu aku berpeluang kembali menyusur peribadi diri,aku melukiskan pengalaman itu kedalam sajak dengan beberapa foto.Kemudian aku kumpulkan dalam antologi sajak Suara angina Lalu.Berdasarkan sajak yang saya tulis menjelang keberangkatan saya ke Nunukan.Niatnya sajak itu nanti di sertakan dengan foto.Tapi sayangnya foto-foto yang di kumpul ternyata terhapus dari kamera digital tanpa di sengajahkan.
Aku belum sempat membinding antologi ini.Terus saja menulisnya dalam notebook pemberian isteriku.Kemudia bila ada kesempatan melawat isteriku yang bekerja di ibukota aku mula terfikir untuk melayari komps.com.Lalu mengirimkan beberapa sajak saya dan mendapat teguran membina.Sebelumnya aku juga sebenarnya mendapat bimbingan dari radio-radio bebas berbahasa Indonesia mahupun radio daerahContohnya Radio Republik Indonesia Pontianak,saya membina kemahiran menulis sekaligus keyakinan dari pengajara Acara Pancaran sastera di sana.
Dengan kompas.com aku mula terfikir untuk menyediakan antologi dalam format PDF untuk tatapan pengiat seni secara gratis.Tujuan saya mendapat pandangan seniman Indonesia yang cukup terkenal kehebatan mereka dalam dunia kesusasteran dunia.Maka antologi Suara Angin Lalu hanya ada dalam versi PDF merupakan antologi ke lapan saya.
Harapan saya antologi ini dapat memahamkan sesiapa saja betapa payanya hidup sebagai manusia perantau.sekalipun terlalu banyak imiginasi indah dari perantau yang pulang ke kampung namun hakikatnya kehidupan perantau tidak seindah cerita.
Utuh Karya Jaya
17.08.2009
Putatan,Sabah,Malaysia.
Kandungan
1. Suara Angin Lalu
2. Oleh-Oleh Buat Isteri
3. Perkampungan TKI
4. Pulau Tunu Taka Nunukan
5. Pertemuan
6. Catatan Rindu
7. Suatu Tanya
8. Dari Sisi Lain Suara
9. Warung Padaidi Pelabuhan Baru Gang Ggap
10. Plaza Juta,Restoran Tanjung Emas
11. Kejadian
12. Diri
13. Perjalanan
14. Wajah
15. Detak
16. Merdeka
17. Subuh Ramadhan
18. Mengamit Ingatan
19. Anak Buruh Binaan
20. Harapan
21. Imbalan Sebuah Pembangunan
22. Warna
23. Malam Pengucapan Puisi Islam ke V
24. Manusia Tenggara
25. Wajah Kebenaran
26. Keghairaan Manusia Asia
27. Susup
28. Manusia Tenggara II
29. Potret Gairah Sebuah Kota
30. Catatan Kaki
31. Catatan Kaki II
32. Catatan Kaki III
33. Komopolitan
34. Anak Seni Anak Semua Benua
35. Iasme
36. Gejolaknya Dunia
37. Suara
38. Potret Sebuah Pembangunan
39. Suara Kepalsuan Manusia Tenggara
40.Satu Ingatan Luka;TitipanAngin Kering Sore
41. Pada Sebuah Majlis Bahasa
42. Potret Kehidupan
SUARA ANGIN LALU
Kenapa mesti menanti
Orang keliling peduli
Dari awal hari bangkit
Hingga terpacak ke ubun-ubun
Tiada suara menyapa
Puas kita bersyair
Tapi kita kerdil
Sukar amat menyatakan makna
Mungkin mata orang keliling
Meninggi
Menyumpa keturunan
Anak asing !!!
Cukup memualkan di mata massa
Puas kita teriak
Bersopan
Berantun
Merayu
Tapi kita miskin
Suara angin lalu
Membaur
Bersama telusnya jeritan kita
Tapi kita sudah terusir
Dalam hakikat massa
Baik berangkat
Utuh Karya Jaya
16/6/2005
Kg.Bakau,
Likas,K.K
OLEH-OLEH BUAT ISTERI
Dunia ini sesak
Isi perut bisa saja berkata-kata
Hati selalu dapat melukiskan rasa
Kita sering terdengar suara pilu
Di celah-celah meriahnya sebuah pesta
Pak menteri
Mah…,
Aku melihat hari mendatang berdarah
Penuh tanya tidak terjawap keilmuan
Manusia kehilangan garis-garis hakikatnya
Mah…,
Dihadapana semua menjadi rimba
Terkuat menjadi terutama
Kehidupan selalu di bina di atas kata-kata nista
Raut jarang dapat jujur
Menyalami keakraban yang di beri
Mah…,
Kerinduan tiba-tiba terpujuk
Tiap kata menjadi makna
Mengisi maknawi diri
Air mata menawarkan bisa rasa
Menawari masin lautan
Mah…,
Pedih Mah
Betapa pedih terusir
Saat cinta memiliki diri sepenuhnya
Tangan bergetar
Tubuh mengigil;
Menyusuri cecelah bakau
Berbaur keretek seludup
Mah…,
Aku melihat manusia Indonesia
Di tunggangi pemerntah
Maruahnya tergadai
Terabai
Luntur
Sekadar untuk mengenyangkan Pak Menteri
Lakukan apa saja
Untuk sebuah visa
Manusia Indonesia mengadai nyawa
Menjual harga diri
Membuang anak
Aturan tetap menindas
Sekalipun tak henti
Menyuap perut tak puas politikus
Kebijakan pemerintah dikatakan tidak mampu
Bertanya kebajikan jelata
Mah...,
Perusahan tegak(P.T)
Untuk menyuapi manusia Indonesia
Politikus selamanya pesona berpidato
Cukup arif berbohong
Adil,makmur ,aman dan sejahtera
Saat jelata mabuk menyuapi diri sendiri
Ke nagara orang
Pemilik perusahaan
Tertawa
Makmur
Dalam diam membiarkan dagangannya
Terpinga-pinga tertindas
Kelaparan di perantauan
Apa yang di tanyakan
Kalau tidak sekadar visanya,
Ongkos pasnya
Kapan mahu bertanya
Kepedihan
Keperitan
Penindasan atas mereka.
Pak menteri santai-santai saja
Di meja rundngan
Mengaturkan keberuntungan peribadi
Mah…,
Manusia seumpama domba di dagangkan
Tanpa rasa
Di pacu semahu majikannya
Aku terlontar
Dalam tenung panjang
Memikirkan dunia kini
Kekuasaannya di tangan manusia berhati binatang
Utuh Karya Jaya
1/3/200501.06 pagi
Nunukan,Indonesia
PENAMPUNGAN TKI
Teriak saja
Kalau santun menjauh
Keperbadian menyongsor
Dan sumur fikir kontang
Nyatakan pada angin
Baiknya bisa mengusir
Nyamuk sebesar lalat
Menghinggapi tubuh kering manusia Indonesia
Bergelimpangan manusia Indonesia
Terkepung rangka rumah
Tidak berdinding
Mengigil tubuh polos Indonesia
Mengegar dunia kemanusiaan Indonesia
Di mana rasanya
Membiarkan jelata terpinga-pinga
Mencari sesuap kehidupan
mana keampuhan pidato presiden
kemakmurn
keadilan dan aman
menghadapi anak bangsa sendiri
harus dengan cambuk peraturan
TKI menangis
Basah tubuhnya
Berdarah
Jiwanya
Menghidupi Indonesia
Menyuapi mulut-mulut kantoran imigrasi
Malahan teriak dan menengking
Hiduplah Indonesia
hidup atas kepayahan gelata
imirgasi
Utuh Karya Jaya
5/3/2005
Pos Kawalan
Pelabuhan Baru Nunukan
PULAU TUNON TAKA NUNUKAN
Nunukan
Pulau Tunon Taka Nunukan
Untuk pertama kali perkenalan
Subuh di tobros
Dengan perut lapar
Masa berdetak dalam cemas
Lewat jalan panjang
Belakang
Anmiesty
Tubuh berbaur lumpur sungai
Agas rakus menjamah tubuh-tubuh mengigil
Antara akar nafas bakau
Dan rimbun nipa
Mungkin sesiapa saja
Yang teriak menghentamkan sepatunya
Yang saja-saja memujuk ???
Teriak motor sangkut sesekali menurun
Getar atau berhat-hati
Air mendorong arah perahu ke hulu
Indahnya bakau
Sekadar sebak tak sudah cinta terlukis
Di dada
Tintanya melakar di kelopak mata
Aku anak buangan
Kala nasionalis berubah
Menjadi kebencian sahsiah sukusme
Tanah cinta di lambai pedih
Aku menyusuri sungai duka
Seumpama rokok kretek
Yang mengotori gang-gang
Indonesia di Malaysia
PERBATASAN
Tidak ada yang gerun
Segalannya tawar
Atau megah
Wang sudah jadi aturan
Undang-undang dan
Mertabat bangsa mengecil
Sekecil hati lotong petugas sempadan
Jauh perjalanan
Pedih pengalaman
Tidak terubat dengan panorama
Pulau Tunon Taka Nunukan
Kepiluan menjalar
Manusia terbang
Memohon keramahan Nunukan
Utuh Karya Jaya
Rumah Kak Masnah,
NO 130,
Gang Gagap,
Pelabuhan Baru,
Nunukan Timur
PERTEMUAN
Nunukan
Gerbang besar Indonesia
Manusiannya datang dan pergi
Penuh harapan
Suka dan duka
Manusia Indonesia tetap saja
Menyedut nafasnya
Memacakkan impian
Bebas dari keperitan hidup
Di perantauan yang pulang
Menebarkan benih-benih janji
Dengan bunga kepalsuan terindah
Membina tekad mandiri
Nunukan aku kenal culas
Penuh teka-teka
Penghuninya menjual kata
Merembeskan air liur
Memikat rupaih
Setiap gerak harinnya
Curiga
Hati-hati
Lautan mansianya bertembung
Dari semua keinginan
Sukar menemukan hati salju
Yang dapat menawarkan benih rindu
Pulau Nunukan
Ku risik
Dalam khabar
Sebelum keberangkatan
Utuh Karya Jaya
12/3/2005
Rumah Masnah
No:130,Rt 23,Gang gagap
Pelabuhan baru
Nunukan Timur
CATATAN RINDU
Aku melihat selat
Bersebelahan pulau gondola
Semuanya tiba-tiba menjadi puitis
Waktu rindu mengucil jauh
Kedalam asmara
Manusia Indonesia berpusuh-pusuh
Datang dan pergi
Mengendong segunung harapan
Menyisih sekian kenangan
Mah…,
Dunia ini bisa bicara
Memerah kelelakanku
Basahi kelopak mata
Anak kecil mundar-mandir
Menawarkan harga
Tika sekolah teramt antri
Untuk di huni
Mereke belajar menyebut
Lebih dari ukuran sebenar
Untuk hidup
Untuk menghidupkan
Kepala kantor
Bupati
Dan bapa Presiden
Mah…,
Hidup dengan harapan
Lebuh enak dari tanpa cita-cita
Tanpa tujuan
Kita sepakati Nunukan
Kerana tingginya harapan kita
Dan cinta
Menjadi bekal utama
Aku lewati semua pengasingan
Demi cinta dan cita
Cukup trajis perjalan hidup
Membina kerangkah hari mendatang
Dari penjuru terbuang
Mah…,
Kerinduan padamu
Mengajak aku bercanda
Dalam luka kerinduan
Dan puitisnya degup jantung
Pulau Nunukan
Utuh Karya Jaya
14/3/2005
Warung Tawindo
Pelabuhan Nunukan.
SUATU TANYA
Nyanyikan lagu hati
Dari melayani keinginan tak sudahnya
bisanya seorang kepala kantor
Aturannya tidak dapat di pertanggunjawapkan
Berbaur riak
Di sini bukan rimba
Tapi yang terkuat tetap
Menentukan aturan
Nyanyikan saja lagu rindu
Membendung arus amarah
Dengan deras kalimah cerca
Jadi arang
Kalau bias
Aku ingin teriak
Menafsirkan mimpi buruk manusiawiku
Biarkan bapa Presiden
Beratur scraning
Lalu di tolak hina
Dengan riak dan alasan spele
Bila kita tersalah jawapan
Cerna saja kalimah empunya
Para kantoran
Biar bapa presiden
Aturan foto
Dan di teriaki anjing
Saat TKi menyuapinya dengan kehidupan
Dari tangan kering manusia perburuhan
Kemana Press
Asik bercanda
Bicara persoalan spele
Dimana mereka
Bila manusia Indonesia kelaparan
Para menteri menyorokkan mereka kedalam saku
Yang di penuhi wang
Utuh Karya Jaya
Nunukan Timur,Gang Gagap
Pelabuhan Baru
16/3/2005
DARI SISI LAIN SUARA
Mass bicara dengan kaki
Mengoncang hati-hati di udara
Menyatakan rasa
Mata mereka menyala
Pengalas komunikasi
Merempuh
Meluruh
Merusuh
Ruag tiba-tiba sesak dengan amarah
Tak manusiawi
Haiwan menentukan hariki
Dengan kekuatan
“Ganyang Malaysia”
Memenuhi ruang
Sekuat hati amarah
Membina dinding
Menyorot BBN jauh dari pentas protes
Tidakkah mungkin pentas di bukakan
Mahasiswa mula ditelerkan isu
Berdemo
Membakar
Untuk memusnahkan keberadaan
Sekerat
Untuk menyorotkan isu sebenar
Press teriak
Membakar hati massa
Mengangkah kedunguan mahasiswa
Di mana demo BBN
Yang bakal memamah harian jelata
Press kehilangan pena
Ambalat haknya benar dan jelas
Perang bukan nontonan televesi
Bukan mengangakat tabie haiwan
Patriotsme ke tikanya bisa menjadi racun
Berjadual
Ambalat garisnya nyata
Kebenaran yang hina
Di sembuanyikan di dalam celana pak menteri
Kenapa harus gentar
Dunia buat aturannya
Kenapa prajudis
Menempiaskan keperibadian sendiri
Kalau memang ianya
Demo
Tatasusila jadi tak karuan
Kantoran ke pak menteri
Wakil dan pak presiden
Seenaknya menyusahkan jelata sekerat
Utuh Karya Jaya
Nunukan Timur,Gang Gagap
Pelabuhan Baru
16.3.2005
WARUNG PADAIDI PELABUHAN BARU,GANG KAKAP
Aku cuba meninjau ke dalam
Tunon Taka Nunukan
Panas terik
mengigit tulang-belulang
rumah di bangun di atas payah
hanyir dari semua arah
bersepak di sana-sini
di bawah kolong
di bawah jambatan
seluruhnya menampung kemalasan manusianya
Dalam Nunukan
Kehidupan lebih di suapi kata-kata
Jasa di jual dengan harga
Budi inginkan pertimbangan
Dalam tebakan keberangkalian
Pulau Nunukan
Sering di bebani harapan
Terkial-kial menampung keinginan mengunung TKI
Dari seluruh mulut besar Indonesia
Bahasa budi mungkin membunuh sesiapa
Tanpa memilih mana tebakkan
Nunukan
Manusianya datang dan pergi
Wajah-wajah opera
Sentiasa menanti di pelabuhan
harga manusiawinya hampir tidak tercatat
peraturan lebih materialis
jelata di sogok dengan hendonisme
sukar sekali menemukan
hati polos
berwajah manusia sejati
Nunukan
Di Gang Kakap
Di tepi jalan
Atas jejantas
Bisa menjadi ranjang empuk
Para penanam harapan
Manusia perburuhan Indonesia
Bisa menakung airmata pedih
Bila kepala kantor imigrasi
Melakukan wawenang sewenengnya
Utuh Karya Jaya
19/3/2005
Gang Kakap ,Rumah Kak Masnah
Pelabuhan Baru Nunukan
RT23,NO 130,Pelauhan Baru
Nunukan Timur.
PLAZA JUTA,RESTORAN TANJUNG EMAS
Indonesia sering gah sekali
Dalam cerita tidurku
Tapi .
Ayah mempasakkan hidupnya
Jasad dan nyawanya
Membina harapan manusia Indonesia
Menelusuri pelosok seluruhnya
Mengusir wajah kolonial
Patriotisme di pasakkan
Dalam sedut nafasku sedari buyaian
Tubuhku di kuliti Indonesia
Aku mendonggak
Meremang bulu roma
Melihat kedalam Indonesia
36 tahun setelahnya
Terinjit-injit
Aku menyapa Indonesia
Perut Indonesia sering saja berlagu
Politikus enak beraduk di ranjang emasnya
Membina jerat kelaparan
Memaksa jelata asik berdemo
Pak Menteri tetap berpidato lunak
Menjanjikan harapan
Namun tidak pernah punya aksi
Dalam Indonesia
Aku terpinga-pinga
Warna cerita kecilku
Luntur
Kenyataan lebih arif
Dari bicara sering berdusta
Indonesia megah
Tidak lebih dari sebuah donggengan moderan
Dalam keintelektualan
Jelata sering resah
Mencakar bumi yang subur
Untuk sekadar melupuskan kelaparan
Politikus gah dengan aturan
Dan bicara diplomasi
Membonekakan jelata
Anak bangsa
Demo !
Demo !
Demo !
Jalan Satu
menyatakan rasa
Demo !
Demo !
Demo !
Marah
Politikus asik bercanda melaga
Jelata kelaparan
Indonesia
Nyata sekadar
Suatu harapan
Dalam cerita tidur
Ayahanda
Utuh Karya Jaya
0/3/2005
Omar Curry House
KEJADIAN
Tiba-tiba neon menjadi hari
Sekloni lebah
Di tengah-tengah rimba
Pepohonnya kehilangan dahan
Dedaun berterbangan
Di hadapan Koran
Biduan berfatwa
Hukum syariat
Dihilangkan kitabnya
Terkreatif nas-nas akal shahih
Pusatnya beranting
Lekuk tubuh terukir meleleh
Di tangan tidak lepas anasir
Makmur
Bersorak
Melompat
Berputar-putar
Meleret-leret merangkak
Seakan telanjang
Mengikut sunah siapa
Neon dan lebah
Adalah kongkrit yang terpacak
Bebatunya bersulam keluli
Lorong-lorongnya menderu laju
Besi yang merangkak
Terbang melayang
Menobros langit
Membangun dan di bangunkan
Di atas keruntuhan nilai
Daun tempat bertaut
Adalah bingkai neon di jalan
Yang merayap hilang
Tanah gambur
Yang terbang tidak bertenggek
Yang berenagang lemas
Air pekat kian berminyak
Lebah dan neon
Sempat meraih cemas
Memaksa manusia bertempiaran
Meraung
Teriak
Hilang menteliti manusiawi
Cuba mengisi kekosongan bena
Lebah sekadar ingin
Berkongsi hari
Tika manusia berusaha
Memadamkan malam indahnya
Dalam sarang
Uuh Karya Jaya
Plaza Juta,Likas
16/4/2005
7.40
DIRI
Tika melihat angin
Kita tidak menari mengikut alunan ombak
Kita meramasnya dalam hati
Pedih
Perit untuk diertikan
Darahnya mengalir lewat liang roma
Masin
Mengusir semua musim semi
Keliling santai berlalu
Memangku keinginan
Menjunjung matahari
Sebatas masa dan kudrat yang ada
Hati pilu
Mata amat cemburu
Namun kemampuan yang ada
Tidak mampu mengarap apa ada di tangan
Tapi cinta kita tetap menyala
Membara
Sebagai usia tidak ada kemarinnya
Utuh Karya Jaya
6/5/2005
Kg.Bakau,Likas
PERJALANAN
Aku menghirup suara angin
Mendesing di telinga
Tika pahit
Perit,duka
Dan luka
Aku tinggalkan di belakang Speedboat
Lelah dan letih
Merayapi asmara bumi Muslim Burmat
Kita sudahnya mengacah paya
Mengarangnya menjadi falsafah
Mendodoi resah dan putus asa
Dengan soalan kubur
Menjadi syair masa belakang
Pasak kecelaruan fikir
Air mata cinta
Sering menjadi tonik
Meransang kekuatan diri
Melerai gunda di jiwa
Sekalipun seketika
Denyut hati luka
Jauh paling dalam
Kita sudah lama berpujangga
Menyusun kalimah
Mengatur bicara
Mengawal riak amarah pada wajah
Menyatakan suara hati
Jauh paling dalam
Bahana nasionalisme menghalaunya jauh
Tidak ada makna
Itniksme terkentut-kentuu ketawa
Di balik tabir masa
Sering kebenaran mengusir keakraban
Kesepkatan manusiawi
Mengajuhkan dendam paling keras
Menikam pentas persaudaraan
Hiruplah bau jenazah
Di tikam propaganda massa
Di liang lahad nanti
Amalan bicara
Tanpa jasad
Tidak materialis
Jauh kronosme
Nepotisme
Persoalan bocor tidak memberi apa-apa
Di liang lahad
Kehidupan arkib jawapan
Bukan akaliah manusia
Biarkan musim berjalan
Merawat luka hati paling dalam
Utuh Karya Jaya
Menumbuk ke Kg.Likas,Jln Tuaran.
31/5/06 ke 26/6/06
WAJAH
Bayangkan
Setiap inci tumbuh kongkrit
Mencabar langit
memasak bumi
keringat mereka mengalis deras
darah
jiwa
sering galang ganti
menampung keserakahan sebuah kepesatan
menjadi adunan kongkrit
kemegahan sebuah bangsa
untuk sedikit imbalan
celah-celah sekian banyak cerca
tanah-tanah kontang
di lapah-labah rimbanya
mereka membangunkan bumi hijau
meranumkan kemakmuran semua
mereka juga memacakkan corong-corong industri
menyuapi sekian banyak anak peribumi
mereka mengibarkan bendera gemilang
koprat-koprat terbilang
satu menjadi masyur
membangun
pragmatic
dalam mereka terus terbuang
terhina massa
merenung
termenung
rumah kongsi berlantai bumi
berlapik lara
mimpi mereka sering berdarah
hanyir dan kotor
menampung lelah membangun kemegahan
andai sepatu tidak merobek daun pintu
menguris kulit tubuh
mereka menelan derita batin
ula keculasan majikan
Tidak akan bermimpipun
Kartu kesihatan
Cuti tahunan
Jangan sekali insuran kemalangan
Pedih berada di mana-mana
Keringat mereka mengair merata
Sering sekadar menampung korupsi
Ugutan
Kebengisan penguasa
Aturan tidak berlaku
Wang menjadi kemestian dalam segenap urusan
Dalam mereka menguap negara sendiri
Kebajikan mereka di lupakan
Mereka menangis
Meraung mereka tidak punyai apa-apa
Melainkan hidup
Dan hari kemudian
Yang menyedakan pembalasan
Utuh Karya Jaya
13/7/05
10.15
Komkar,K.K
DETAK
Saat dunia keliru
Khilaf mentafsir kehidupan
Kita terkontang-kanting
Menemukan diri sendiri
Utuh Karya Jaya
2/1/06
MERDEKA
Fikiran menerawang
Lampu-lampu neon
Menjalar dari dahan ke dahan
Lampu motokar
Tidak hentinya berkejaran
Di balik pepohon
Warna merdeka
Girangnya merdeka
Semua diam
Bila ditanyakan
“dimana Merdeka”
Kota tidak akan kenal lelah
Penghuninya mengisi kekosongn
Dengan keinginan dunia tak sudah
Waktu detak menjemput sujud
Sukarnya mentafsir makna
Biar sajakah
Tiba di padang terbuka
Kita teriak semua
Sekuatnya
Merdeka !!!
Merdeka !!!
Merdeka !!!
Moga saja setelanya
Kita bisa mengerti
Walaupun cuma sedikit
Utuh Karya Jaya
20/8/05
Masjid Bandaraya,K.K
SUBUH RAMADHAN
Bening
Gelap pekat
Dan dingin
Menyuluh suramnya hati
Di atas sejadah
Di celah-celah tasbih
Memohon petunjuk Ilahi
Ramadhan
Tidak sekadar deklimasi berapi-rapi
Mengangkat peristiwa suci
Di mimbar-mimbar
Dalam terawih
Ke dewan-dewan kuliah
Atau pentas-pentas pesta pora
Ramadhan menguak gerbang fakir
Ke langit saujana
Di malam lailatulqadar
Ketentuan ilahi
Tersurat pasti
Malam seribu berkat
Malam penuh rahmat
Malam memanjatkan munajat
Perjalanan hidup sudah tercatat
Ramadhan menginginkan tranformasi diri
Syariat teguh jalan kebenaran abadi
Ramadhan bukan ungkapan puitis
Meriahkan pesta
Ramadhan inginkan keindahan
Akhlak muslimin
Ramadhan
Seribu bulan tak tertading nilai
Makna
Polos mengangkat fitra manusia kerdil
Mengharap petunjuk suci
Utuh Karya Jaya
Masjid Bandaraya,Kota Konabalu
24/11/2005
MENGAMIT INGATAN
Pasar baru…….,
Tentu saja tidak sepi
Seriang Pulau Tunu Taka Nunukan
Menyambut manusia Indonesia
Dengan sekian macam ceritanya
Tukang ojek
Tetap saja teriak
Mengisi kebutuhan bersama
Manusia perantauan
Bis-bis
Taksi-taksi
Tetap saja menawarkan senyum
Suara luna
Minta di langgani
Manisnya panorama
Perahu kecil
Kapal perkasa
Memuntahkan manusia
Memenuhkan dataran muka
Nunukan dengan manusia
Sekian tingkah
Pelbagai cerita
Mewarnai bau tubuhnya
Tunu Taka Pulau Nunukan
Jalan-jalanmu yang sempit
Pernah melelahkan tubuh
Betis berdenyut
Menyusuri tubuhmu
Yang ku sangkahkan sempit
Kehidupan tumbuh
Berkacakan kemampuan
Kota ke desa
Melukis warna hari manusianya
Tunu Taka Pulau Nunukan
Gang-gang di Pelabuhan Baru
Sering menyenggol bahu
Aku rindu….air pipa dari bawa tanah
Atas payah masin
Tika berwudhu
Saf-saf waktu padu
Menginsafi kerendahan diri
Subuh sering segar
Dengan kalimah terbaik
Aku rindu
Setiap kali tangan terangkat
Membenamkan keegohan diri
Pasar Baru
Tetap saja tidak akan sepi
Sekalipun aku tinggalkan benci
Ula pegawai Imigrasi culas
Di sana malam
Gang-gang di sapa bakso dan soto
Di gang Kakap
Keresahan menunggu
Rindu menanti isteri di dada
Derita pusat penampungan TKI
Dan goreng ubi
Sambal kacang
Tetapi dekat dalam kerinduan
Pasar Baru
Tetap tidak sepi
Sekalipun berduyun-duyun meninggalkannya
Berpusuh-pusuh yang baru tiba
Utuh Karya Jaya
Masjid Bandaran,Kota Kinabalu
1/9/2005
ANAK BURUH BINAAN
Sekumpulan anak sekolah lewat
Mengendong wasiat dan harapan ayah-bonda
Tidak jauh darinya
Seorang anak buruh binaan merenung tajam
Anak sekolah melukis harinya gemilang
Cuba juga di syairkannya
Keinginan yang mendesak
Sudahnya sekadar keluhan kosong
Panjang dan hampa
Segunung harapan
Sekian impian
Di lemparkan jauh-jauh
Kerana suatu waktu
Mereka akan di usir
Walau tidak mengenal halaman desa ayah-bonda
Sebagai pendatang
Utuh Karya Jaya
27.2.1996
Tmn Kepayan,K.K
HARAPAN
Mentari bangkit
Memanjat dinding-dinding kongkrit pencakar langit
Buah tangan terketar manusia imigrasi
Anak-anak sekolah menyusuri lorong kota
Mengalas impian
Membahu harapan ayah-bonda
Dari sebuah tapak pembinaan
Buruh-buruh asing menguap
Menyambut fajar berpakaian siap
Di mata menakung sekian harapan tak pasti
Kala merenung anaknya telanjangan
Mengisi perut kongsi berlantaikan bumi
Jauh di luar
Berbondong-bondong anak sekolah lewat
Sempat di titipkan keingian paling dalam lewat ekor matanya
Walau sekadar harapan
Di simpan sudahnya sebagai khayalan
Mungkin saja esok akan di usir pulang
Meskipun keringat belum kering membina kota
Membangun kehendak pelabur
Dan majikan-majikan rakus
Yang membeli undang-undang dengan sogokan
Utuh Karya Jaya
29.7.1996Tmn Kepayan, K.K
IMBALAN SEBUAH PEMBANGUNAN
Anak buruh asing
Berlari telanjangan
Tanpa pendidikan
Ayah-bonda menampun beban wawasan
Kebangkitan sebuah bangsa
Bermodalkan empat kerat tulang
10-20 tahun kemudian
Ratusan pemuda liar
Merayapi kota tanpa ilmu
Mengalas hidup dengan buku lima
Dan sebilah pisau lipat
Utuh Karya Jaya
1.8.1996
Dalam bas Jln Tuaran,K.K
WARNA
Manusia imigrasi berpusuh-pusuh datang
Dari semua arah
Antaranya menjalang pengabungan dengan tanah besar
Sanak-saudara
Mengutus khabar
Status VIP buat kaum kerabat
Taraf kerakyatan di imbal dengan materi
Lewat kolong meja
Orang-orang di beri nama
Imigrasi perburuhan
Berduyun-duyun datang
Antara keharmonian ekonomi
Dan janji-janji bermadu taikong darat
Pun agen-agen perburuhan
Dengan membina harapan
Dari keegohan anak-anak watan
Antaranya adalah imigrasi jalan belakang
Mereka membakar kulit
Menjunjung mentari
Menongkah malam
Di celah-celah nista-cerca massa
Dan kelicikan majikan
Mereka di ladangi dengan ketakutan
Diselang-selihkan peraturan
Kerana kepentingan peribadi
Antara imigrasi tanah besar
Dan imigrasi manusia perburuhan
Materi menjadi temboh kewajaran dan keadilan
Penat lelah membina wawasan sebuah bangsa
Membangun kemewahan majikan
Keharmonian anak watan
Di imbal dengan depo tahan sementara
Dan visa kerja di mansuhkan setelah
Keupayaan semakin luntur
Utuh Karya Jaya
1.8.1990, Tmn Kepayan, K.K
MALAM PENGUCAPAN PUISI ISLAM V
Semua berkumpul
Di atas pentas pestaan
Sang penyair mengunyah kata
Patah kata sebuah puisi pestaan
Yang hadir jadi terpegun
Dalam kesamaran peribadi
Melahap naskah sang penyair
Keliru
Tidak tahu
Semua hari manusiawi
Rusia yang tidak manusiawi di Chenchen
Atau puak penganas Serb di bosnia
Rejim zionis yahudi di Plastin
Di himpun dalam kata-kata
Membuai realiti masa
Kala itu sang penyair terlupa
Bertanya ke dalam diri sendiri
Manusiawikan peribadi
Bila membiarkan penindasan manusiawi dalam jati diri
Utuh Karya Jaya
22/8/1996
Tmn Kepayan, K.K
MANUSIA TENGGARA
Manusia tenggara merasa bangkit
Dari nafas serakah penjajah
Dengan telanjang diri
Mendonggak menanam iktizam
Variasi materi awal era teknologi
Abad awal ke-21
Membangun ekonomi
Kepentingan tenokrat
Dan keegohan materi
Terbentang kini era globalisasi
Manusia asik mengelabah
Mulut terlopong
Memungut apa saja dari barat
Tanpa was-was
Atas alasan kemajuan
Jarum-jarum ideologi berakar dalam peribadi
Hingga terlupa peradaban sendiri
Dalam keghairan mencipta trend
Utuh Karya Jaya
28.8.1996
Tmn Kepayan, K.K
WAJAH KEBENARAN
Seorang tua
Uzur
Menyerahkan seluruh hidupnya
Pada sebatang rokok
Tak kala teramat lelah menyusuri sisi hidupnya
Membina sebuah kota raya
Impian anak-anak peribumi
Tidak ada perawatan
Untuk membina sebuah kongkrit pencakar langit
Yang mencatat masin keringat darah
Yang mengalir
Sakit-penat di bahu sendiri
Dengan kelicikan majikan
Kongsi segera di dirikan
Tempat melepaskan lelah
Menbina mimpi indah
Sebelum bangkit memikul beban wawasan sebuah bangsa
Yang masih bersantaian
Upah yang di hulur sekadar adanya
Melangsaikan hutang pada majikan dan agen perburuhan
Atau terpaksa pula membiarkan
Caci-maki berkuasa
Yang bisa bicara dengan sepatu dan belantannya
Sebelum di hantar
Sebagai PTI
Dengan identiti hilang dari haknya
Ula permainan manusia rakus
Utuh Karya Jaya
28.8.1996
Tmn Kepayan,K.K
KEGAIRAHAN MANUSIA ASIA
Para wisatawan
Berwisata
Dalam keharmonian ekonomi sebuah bangsa
Menyusuf dalam pakeg wisata
Jauh dari tanah besar asia
Mereka terpukau dan memukau anak watan dengan jata VIP
Mereka dianugerahkan taraf warga dengan harga
Tersirat dalam pakeg wisatawan
Oleh sebuah bangsa
Anak-anak watan makmur
Di atas telapak kasar buruh asing
Terbuai seribu macam luapan
Kepesatan ekonomi
Para penanam modal
Ghairah mengaut untung
Cuma atas jaminan tenaga asing murah
Berbakat
Para politikus anak watan
Rakus mengaut semungkin materi
Atas alasan pertumbuhan ekonomi
Satu-persatu bumi milik rakyat di sita
Dari akta dewan rakyat
Menjadi milik pendatang mewah
Rumpun tanah besar asia
Kala anak watan ke kota
Mereka terkial-kial membayar sewaan sejengkal kamar
Di atas bumi sendiri
Utuh Karya Jaya
22.9.1996
SUSUP
Para wisatawan berduyun-duyun
Membeli warga dengan harga
Mereka mudah meraih status VIP
Memakau politikus dengan dana
Dan janji pelaburan
Anak-anak watan tetap makmur
Di suapi tenaga buruh asing
Pemodal asing memberikan harapan mengunung
Hingga lupa masa depan yang kabur
Terbuai seribu macam
Ghairah kepesatan ekonomi
Para politikus terus menjual bangsanya
Bercerita kepada jelata kehebatan masing-masing
Sudahnya satu persatu milik asasi jelata
bertukar impian
Milik kolonial material
Manusia yang berkiblatkan materalistik
Utuh Karya Jaya
22.9.1996
MANUSIA TENGGARA II
Beginilah adanya manusia tenggara
Sudah bisa menjolok langit
Menyalin teknologi
Membina ego melangit
Dalam keghairan sebuah harapan permodenan
Dan kekeliruan
Itulah adanya manusia tenggara
Sudah bisa mengangkat kepala
Menyalin peradaban orang
Menyisihkan peradaban sendiri
Kebudayaan jati diri sendiri
Menjadi acara pestaan di pentas rasmi
Gula-gula buat wisatawan
Yang bobrok itulah kemajuan
Jati diri bangsa
Primitif di mata kemodenan
Menyangkal pembangunan sahsiah bangsa
Manusia tenggara
Bakal mencecah bulan
Mengenal segala hal
Dan semakin berani memprotes akhidah
Memprotes orang lain
Terlupa melihat dalam kejijikan peribadi sendiri
Utuh Karya Jaya
20.11.1996
Tmn Kepayan,Sabah
POTRET KEGHAIRAN SEBUAH KOTA
Kotaraya bangun
Seghairah fajar
Mengisi kebutuhan pemodal asing
Dan kegelojohan penghuninya
Menjadi terali kemakmuran pemodal
Sekalipun mengadai tanah sendiri
Rimba kongkrit tumbuh
Mencabar langit
Mencabar manusia peribumi membangun sahsiah
Namun jauh di lelorongnya
Manusia peribumi merempat atas pertiwi sendiri
Yang di rampas akta dari suara dewan rakyat
Buah tangan mereka sendiri
Tidak jauh dari pusat kotaraya
Manusia peribumi terlentang nyenyak
Di mamah usia
Setelah lelah menyelongkar bakul sampah
Kaum pemodal
Yang membeli sebahagian suara anak watan
Dari politiku dengan pulus
Betapa mega berdiri di tengah kotaraya
Menatap kesuburan ekonomi
Hingga terlupa
Keperibadian manusia peribumi
Meminta beralaskan kemalasan peribadi
Kerana identiti peribuminya
Utuh Karya Jaya
10/11/1996
Tmn Kepayan, K.K
CATATAN KAKI
Senja berlabu di masin keringatku
Unggas menyongsong warna senja
Menongkah langit merah
Tidak pun menjentik jiwa
Tika ku lihat
Anak peribumi mengalas harapan bangsa
Dalam krisis tenaga buruh
Selagi tak kenal keegohan jata anak peribumi
Yang ditangan penyodok pasir
Buka pena
Di bahunya kampit semin mula koyak
Bukan hari depan ketuanan bangsa
Tika itulah aku lihat
Generasi peribumi akan terus meminta
Di bumi sendiri
Dari pemodal asing
Membeli semua milik mereka
Dengan tipu muslihat
Hasil dari pemimpin
Yang gah
Pilihan mereka
Utuh Karya Jaya
26hb.Disember.1996
Tmn Kepayan,K.K
CATATAN KAKI II
Hujan yang menjilat lantai kota
Menakung sekian banyaknya
Rasaku yang tidak bergetar
Sumpah-sernah
Terlafas hampir dari setiap bibir hati
Mempersoalkan ketentuan Ilahi
Namun sebahagianya tetap mengisi
Arus keghairahan kotaraya
Tika itu aku lihat
Dua bibir merkah tercantum
Dalam gejolak nafas nafsu
Tanpa silu
Yang di genggamnya
Bukan adat ketimuran
Tapi buah dada gadis sekolah menegah
Tangan mereka tergetar mengutip
Apa saja budaya barat
Dari kepesatan telekomunikasi
Implak ekplotasi kelompok berpengaruh
Punya wang
Anak watan terus di gesa berbogel
Yang bersalah buruh-buruh asing secara mutlak
Tika krisis sosial melanda
Utuh Karya Jaya
26hb Disember.1996
Tmn Kepayan,K.K
CATATAN KAKI III
Musim yang beralih
Menampar wajah-wajah manis perayaan
Taufan Greg meniti dari daun ke dahan waktu
Semuanya siap dengan kaki terajang
Benaku menari
Di atas keresahan waktu
Sesekali menyusuf ingatanku
Betapa banyak kata
Tentang kemampuan berwajip
Berpeluk tubuh
Bersantai di kursi empuk
Tika itu
Aku menatap
Mata-mata gusar
Dari raut kepiluan massa
Berlari di atas terali celaru waktu
Yang mencelah
Segalanya dalam tangan
Saat itu massa kehilangan arah
Langsung tidak terbela
Dalam laungan palsu berwajip
Utuh Karya Jaya
27.12.11996
Tmn Kepayan,K.K
KOSMOPOLITAN
Betapa rumit
Anak seorang asing tak punya
Di tikam lidah-lidah tajam berbisa
Dari semua arah
Di terkam ekor mata kebencian
Sepanjang masa
Meskipun pernah meneguk derita
Awal kebebasan sebuah Negara
Melewati warna-warna kanca politik semasa
Di awal kebangkitan sebuah bangsa
Memupuk sahsiah dan budaya bersama
Dalam kesepakatan
Awalnya kemandirian
Pembebasan dari keyakinan suram
Mencapai
Keruntuhan sebuah kesatuan
Kala tembok-tembok individual
Menjati diri
Untuk terus menekan ketidak-samaan jelata
Dengan pemimpin politikus
Dan waktu jelata bangkit menuju abad ke-21
Dengan gemilang
Menghayun langkag terbilang
Menuju wawasan di tanamkan
Namun kaum pendatang tidak punya mula terpinggir
Meskipun pembahu utama sebuah kebangkitan
Pahit mau awal kemerdekaan
Dalam krisis ekonomi yang perit
Mereka terus berhempas pulas menegakkan ekonomi
Dengan tulang-belulang kering
Cukup susah
Menjadi anak pendatang tak punya
Ayahanda memikul beban keharmonian hidup majikan licik
Pendatang mewah
Imbalannya permit kerja yang tidak di perbaharui
Meskipun bertahun memikul beban
Dan membayar levi dengan masin keringat setiap bulan
Tapi semua cuma keculasan majikan
Yang ada tanpa apa-apa identiti
Penetap lebih tempoh
Harus kais pagi makan malam
Menampung keluarga ramai
Dengan ilmu cetek
Anak-anak terus kesamaran mengenggam identiti sendiri
Apakah anak seorang pendatang harus terus kosmopolotan
Pewaris sejarah ayahanda
Sebagai pendatang lebih tempoh
Kerana kekeliruan masa
Dan kerakusan majikan
Kebal dengan tembok material
Memang sukar
Betapa pun cita-cita sering berderai
Lantaran kekaburan warga
Meskipun suatu masa lalu
Anak ini mendambakan Phd
Dengan kemampuan minda
Akhirnya hanya bias mencatat bisik perit masa
Di atas kanvas rasa
Itupun Cuma di sudut tersisih
Miskipun
Ingin turun membangun bangsa
Dengan semungkin kemampuan
Utuh Karya Jaya
20.1.1997
Tm Kepayan,K.K
ANAK SENI ANAK SEMUA BENUA
Sekar
Mengangkat wajah hari
Dengan kerendahan hati
Bersusah-paya mengunya patah kata
Anak seni tersisih
Ku hulurkan nafas harapan
Ku jejak sinar mendatang
Dengan semua kalimah perangsang
Pedoman seni dan karya
Cuba merangkak
Tanpa wajah dengan luka
Buah tanggan massa
Seorang anak seni tak punya
Mencari warna hari
Menyulam keyakinan diri
Yang carik di tangan massa
Agar belajar mandiri
Utuh Karya Jaya
26.01.1997
Tmn Kepayan, K.K
IASME
Bagaikan arus deras
Tidak akan ada yang bebas
Dari sikap bersekeras politikus bila menyongsang arus
Deras keegohan diri
Potretnya pada sebatang sungai perdana politik
Massa hanyut dalam syair seorang politikus
Yang menentang atau sekadar mencecah haluan
Luntur mertabat diri di hujung cemuhan
Arus perdana
Arus iasme menderas di bena
Dan hati-hati massa
Memenjara suara dan minda jelata
Mengunci kesepakatan maryuarah
Memupuk benih-benih bobrok
Materialsme dan nepotsme
Menyangkal suara orang banyak
Arus iasme
Menutup jejak langkah massa
Membina kemandirian bangsa
Itulah arus perdana politik
Pemimpin mempertuhankan diri
Mengangkan tinggi keegohan
Tanpa dapat berpaling
Kekebalan massa dari paksaan iasme
Dilabel penghianat bangsa
Lumat di hujung lidah
Seorang pemimpin politik
Massa kehilangan suara
Dalam kebebasan yang di canangkan
Utuh Karya Jaya
29/1/1997
Tmn Kepayan, K.K
‘
GEJOLAKNYA DUNIA
Dunia
Gejolaknya adalah helaa nafas serakah manusia
Menepis tatacara manusiawi dengan hati dingin
Cintanya membina impian peribadi
Di atas tulang-belulang jelatah
Menyuap pemimpin membusutkan perutnya
Dengan rempah ratus ketidak-adilan dan manusiawi
Jelatah menongkah perut lapar
Saat pemimpin berpesta ria
Menjamah penjajah
Yang di katakana mahu menanam modal
Adanya cuba
Milik jelata terus tergadai dari bibir bermadu pemimpin
Yang menjenguk hanya pada musim pemilihan
Utuh KARYA jaya
2.02.197
Tmn Kepayan, K.K
SUARA
Suara kita mesti di simpan
Sekeras mana pun keliling teriak
Membiarkan raung hati meniti sudut pandangan massa
Suara cuma untuk kemanisan kata
Sekalipun kita berenang di lautan air mata
Menahan dan menangkis cambuk zaman
Kita adalah jemari usang
Disingkir setelah helail lelah di nikmati
Suara kita tanpa makna
Sering juga ingin bersuara
Nyatanya kita tidak akan punya suara
Meskipun memilii semua suara
Suara untuk saat-saat kematian buat kita
Setelah tulang empat kerat uzur
Membangun kebutuhhan mereka
Suara kita tetap saja tanpa suara
Sekalipun di atas tulang emapat kerat
Kerana kitalah potret lara kaum pendatang tidak punya
Dalam seloganan kemanusian sejagat
Dan kesatuan umat yang kosong
Utuh K arya Jaya
20.7.1995---8.2.1997
Kuala Biah ,Keningau
POTRET SEBUAH PEMBANGUNAN
Potret sebuah pembangunan
Pada sebuah kota raya
Penyangah hak dan rintihan kaum peribumi
Tak punya
Pepohon batu bertunas seribu
Luahan keegohan pendatang materi yang di agungkan
Manusianya kaum elit
Pemilik seribu wajah tak pasti
Membeli semua aturan dengan plus
Sekali wang di hulur
Berkali manusia peribumi terusir
Di terjah hina sebagai penghalang pembangunan
Dari sebuah kota
Tertatap potret luka manusiawi
Kaum pendatang serumpun satu iktikad
Menyusuf menyelamatkan diri
Di cecelah pesta pendatang mewah
Untuk sesuap rezeki dari setitis peluh suci
Atau tubuh di gilis sepatu hitam
Tidak akan ada milik manusia kerdil
Melainkan masin keringat
Membina keegohan dan kemewahan kaum pendatang materi
Sebelum di usir
Bagai anjing liar yang usur
Sepanjang lorong kota
Utuh Karya Jaya
19-20.2.1997
Komkar ke Tmn Kepayan,K.K
SUARA KEPALSUAN MANUSIA TENGGARA
Di Negara islam
Kaum pendatang islam keji
Hina pada lidah wartawan
Media-media massa
Budaya bobrok barat di import megah
Tersanjung
Di puja
Implaknya tuding kepada pendatang islam
Di Negara pendabik dada sebagai pejuang islam
Kaum pendatang islam di usir bagi anjing
Lumat di hujung belantan dan hujung sepatu berkuasa
Kerana mereka tidak punya materi
Untuk membeli taraf warga
Membayar hati-hati rakus politikus
Seperti pendatang dari tanah besar
Utuh Karya Jaya
21.02.1997
Tmn Kepayan, K.K
SATU INGATAN LUKA
TITIPAN ANGIN KERING SORE
Sore perlahan-lahan melabuhkan lelahnya
Angin kering menampar debu dan dedaun
Atas lantai jalan
Mengheretku jauh sepanjang haluan silam
Di celah-celah ingatan
Kehampaan cita membuatku amat kerdil
Kala melintasi siswa-siswi di perhenian bas
Cuba juga ku simpan
Degup luka dalam dada
Mengimbas titisan darah
Dari pisau massa
Aku pernah
Memacak sekian harapan dan cita-cita kental
Yang sudahnya seberkas luka di dada
Terpaksa ku rawat sepanjang sisa kehidupan
Sesekali berdarah
Di terpa angina kenangan
Utuh Karya Jaya
26.02.1997
Tmn Kepayan, k.K
PADA SEBUAH MAJLIS BAHASA
Kala pengurusi majlis meninggalkan persila
Yang berhormat bangkit
Mengunya-ngunya hakikat hidup di hadapan audin
(sebelum itu tepuk gemuruh penuh sanjung seorang pejuang bahasa
demi bangsa antarabangsa)
Yang berhormat berdiri megah
Dengan senyum dari bibir boneka seorang politikus
Dibelakangnya
Majlis bahasa bangsa di mertabatkan tertera
Kala pidato bermula
Massa teraba-raba mencari ke dalam diri
Mencari keperibadian bangsa sebenar
Yang berhormat teruskan egonya
Memuntahkan kata-kata bukan bahasa
Di hadapan majlis bahasa
Tidak terjentik pun nurani
Betapa laungan pejuang bahasa selama ini
Menyala di hujung lidah munafik
Betapa hinanya bahasa bangsa
Dengan ego disiplin keilmuan palsu
Kerana ingin di katakan intelektual
Sesekali massa tercari-cari
Nilai patriotisme yang pernah di laungkan
Dari bibir palsu seorang yang berhormat politikus
Utuh Kaya Jaya
27.02.1997
Komkar, K.K
SEPANJANG JALAN LUKA
Ingatan tiba-tiba mengusik hujung hariku
Seawal mula ku galas harapan ayah-bonda
Di awal alam persekolahan
Ianya mengalis sehangat lembayu senja
Menyusup di celah ke alfaan masa
Kala diri hampir tercicir
Pada jerat bebatu di rimba kongkrit
Aku bermula dengan keyakinan penuh
Dengan kemampuan dari wajah ayah-bonda
Mengalas cita-cita semua
Menyusuri laluan berbatu sepanjang puluhan kilometer saban hari
Kerana cinta sepatah kata
Namun akhirnya
Meletakkan semua dengan luka bertahun semua
Ku cuba juga menerima seadanya
Tetap saja tidak juga sepenuhnya
Setelah bermusim terluka
Utuh Karya Jaya
3.03.1997
Kota Kinabalu
POTRET KEHIDUPAN
Dan
Mentaripun perlahan-lahan melabuhkan layar harinya
Sang unggas pula menyongsang lembayung senja
Kala buruh binaan pendatang
Mengadai nyawa
Menegakkan pencakar langit
Menampung harapan wawasan anak-anak watan
Dengan keegoan jata peribuminya
Apa imbalannya
Membangun impian sebuah bangsa
Selain caci-maki dan kutukan anak watan
Yang riak dengan materi
Dan lima-sepuluh tahun kemudian
Mereka mudik ke kampung halaman
Hasil titik keringat
Akhirnya berputar sebagai rutin manusia di negera orang
Sekadar membukukan kenangan manis manusia pendatang
Hidup di kongsi rapuh
Yang sering di serbu penguasa
Dan tubuh yang sudah uzur terusir
Utuh Karya Jaya
7.03.1997
Tmn Kepayan,k.k